Mohon tunggu...
Jarwadi MJ
Jarwadi MJ Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger and Marathoner Enthusiast

blogger, tech enthusiast, android, iOS\r\n\r\nhttp://jarwadi.me\r\nhttp://jarwadi.blogdetik.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga BBM Turun Tarif Angkot Turun, Enak Saja

8 April 2016   08:14 Diperbarui: 8 April 2016   10:52 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

1 April 2016 harga premium dan bahan bakar minyak lainnya turun. Harga premium menjadi Rp 6.450,-. Begitu pula harga solar, telah turun menjadi Rp 5.150,-.

Ini adalah penurunan kesekian kalinya dari harga yang paling mahal adalah: premium Rp 8.500,- dan solar Rp 7.500 pada tanggal 18 November 2015.

Harga premium saat ini telah hampir sama dengan harga pada tanggal 22 Juni 2013, pada masa pemerintahan pak beye. Bahkan Rp 50,- lebih murah. Harga premium pada saat itu Rp 6.500,-. Harga solar pun bisa dikatakan benar-benar lebih murah sekarang dibandingkan pada 22 Juni 2013. Saat itu harga solar Rp 5.500,-. Selisih Rp 350,- lebih mahal dibandingkan harga sekarang. (sumber: wikipedia)

Anehnya penurunan harga premium dan solar tidak serta merta diikuti oleh penuruhan tarif angkot dan angkutan umum lainnya.

Tadi malam saya mendengar di televisi, alasan mereka karena belum ada sosialisasi, belum mendengar sosialiasi penurunan harga BBM. Padahal ketika harga premium dan solar baru akan naik mereka seringkali sudah lebih dulu menaikkan tarif angkot.

Ini sebenarnya adalah apa yang tidak saya sukai dari tiap kenaikan dan penurunan harga BBM. Untuk diketahui di Indonesia, dari tahun 2000 sampai sekarang kenaikan dan penurunan harga BBM sudah terjadi berulang kali, sudah umum.

Pun tiap ada perubahan harga BBM pemerintah tidak cukup bagus mengatur kenaikan tarif transportasi masa. Seolah regulasi yang dibuat sampai saat ini tidak bergigi. Pak, Jonan, Menteri Perhubungan yang dikenal berpendirian tegas dan bertangan besi pun belum bisa membuat regulasi transportasi darat bertaring.  Kementriannya Pak Jonan belum bisa bagus memberi sanksi kepada pelaku bisnis transportasi yang semaunya sendiri dalam menentukan tarif  penumpang angkutan umum.

Nah, maka kejadiannya di masyarakat, penumpanglah sekarang ternyata yang memberikan sanksi kepada pelaku bisnis angkutan umum, angkot, angkudes dan sejenisnya.

Masyarakat memberi sanksi dengan mengadakan kendaraan pribadi sendiri untuk kebutuhan trasportasi mereka masing-masing. Kebanyakan masyarakat pengguna angkot memilih membeli sepeda motor untuk menekan biaya transportasi mereka sehari-hari. Bagi masyarakat yang lebih mampu bisa jadi akan membeli mobil. 

Sebagian masyarakat yang lain memungkinkan tumbuhnya bisnis transportasi berbasis aplikasi seperti Go-Jek, Grab Bike, Uber, Grab Taxi dan sejenisnya.

Akibat sanksi masyarakat ini sekarang di berbagai kota telah banyak angkot yang bangkrut. Di kota saya sendiri, di Wonosari, tinggal sedikit angkot yang bisa survive menghadapi sanksi sosial.

Masyarakat yang "main hakim sendiri" seperti sekarang bukannya tanpa efek samping. Efek sampingnya jalanan menjadi semakin padat, polusi meningkat pesat dan seolah masyarakat yang kurang mampu menyediakan kendaraan untuk mengangkut dirinya sendiri menerima hukuman dari dosa yang bukan diperbuatnya. Orang-orang yang saya sebut terakhir ini sekarang menjadi lebih sulit untuk bepergian kemana-mana. Bila pun ingin mereka terpaksa mengeluarkan biaya mahal, untuk menyewa atau mencarter kendaraan. Kasian ...

Di sini kembali kehadiran negara dipertanyakan...:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun