Di dalam tenda kulihat khansa sedang duduk santai mengobrol dengan para wanita sobi beralaskan tikar rotan anyaman khas suku dayak  indonesia, yang mungkin dibawanya khusus kemari, wanita satu ini memang sedikit unik, setiap misi kemanusiaan yang ia ikuti, sepengetahuanku, selalu saja ia membawa kerajinan tangan khas  indonesia, yang berasal dari berbagai daerah untuk diberikan kepada para korban bencana.
Ya, awalnya kupikir itu fungsinya hanya sebagai buah tangan saja, juga untuk mengenalkan indonesia ke dunia luar, tapi setelah kuselidiki, tujuannya amat mulia, setiap kerajinan tangan yang diberikan,  ternyata ia ajarkan juga cara membuatnya  kepada para wanita korban bencana,  dengan menerapkan bahan baku seadanya yang dimiliki daerah tersebut, dan nantinya dijual sehingga dapat membantu perekonomian mereka setelah pulih dari bencana. ah wanita satu ini memang luar biasa.
Selain ia  terkenal cemerlang dan religius, khansa memang serba bisa, tak heran di usianya  yang kini masih 24 Tahun,  ia sudah menyandang gelar dokter dari Johns Hopkins University, Amerikadan  dipercaya sebagai salah seorang kepala divisi di organisasi kami.
Sejak organisasi kemanusiaan ini berdiri pada tahun 1967 di Doha, Qatar,  khansa adalah kepala divisi paling muda yang pernah menjabat di level tersebut, tak heran beberapa kali ia juga sempat ditawari menjadi dokter dengan fasilitas beasiswa yang mumpuni di berbagai  Negara maju seperti  Jepang, Amerika, Demmark, Jerman, dan Swedia, tapi  entah mengapa selalu saja ditolaknya dan lebih memilih bersama kami, berada di Negara tertinggal, disengat  terik matahari serta diguyur  hujan badai ketika melakukan misi. Khansa memang istimewa, ia sedikit dari manusia yang berpaling dari kemewahan dunia, ketika banyak orang mati-matian mengejar apa yang dengan mudah datang kepadanya dan dengan mudah pula diabaikannya.
Kulambaikan tangan kearahnya, ia pun tersenyum sumringah datang ke arah kami, "Assalamualaikum tengku peu haba" sapanya, Alhamdulillah jawabku sambil tertawa, Â ada- ada saja wanita satu ini, entah dari mana ia belajar bahasa daerahku, yang notabanenya ia sendiri adalah orang asli kalimantan, berbeda pulau denganku."Sepertinya kamu akan mendapatkan banyak pelajaran hidup disini" lanjutnya lagi sembari tersenyum dan mengarahkan kami untuk bertemu para Tetua suku di Sobi. Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H