Mohon tunggu...
junet rajagukguk
junet rajagukguk Mohon Tunggu... -

Nothing special...just ordinary man

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Makna Ramadhan yang Wajib Kita Renungkan

19 Juni 2015   16:02 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejak hari Kamis kemaren (18/06/2015), warga muslim di Indonesia dan belahan dunia lainnya memasuki bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah puasa. Sebagai orang yang non-muslim, saya dengan tulus mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada seluruh teman2 saya dan mendoakan semoga menjalani ibadah ini, Tuhan selalu memberi kekuatan dan berkat kepada mereka senantiasa. Hal ini saya tuliskan di status Facebook saya.

Ada teman saya yang memberikan komentar “terima kasih bro…May Allah bless you too” serta memberikan link mengenai makna Ramadhan. Saya membuka link ini dan menemukan makna yang sesungguhnya luar biasa di balik bulan Ramadhan ini.

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.
Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial. By Muhbib Abdul Wahab

Mungkin makna ini juga perlu direnungkan oleh umat agama lainnya, bahwa sebagai manusia kita harus bisa menang melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan dan ketidakjujuran.

Bagaimana dengan keadaan masyarakat Indonesia sekarang, sudah menangkah dari hawa nafsu, egositas, keserakahan dan ketidakjujuran?

Mungkin hampir semua kita menemukan maraknya caci-maki dan pertikaian pasca Pilpres 2014 di media-media sosial atau bahkan melalui surat kabar/televisi. Bahkan sampai detik ini, caci-maki masih terus berlanjut. Masyarakat benar-benar menjadi komoditi politik dimana para Politikus menjadi pemain utamanya. Haters diciptakan untuk terus menghasut rakyat sehingga apa yang tidak benar pun dianggap SATU KEBENARAN mutlak, yang tidak percaya dianggap sebagai orang bodoh dan sesat.

Miris? Banget!

Sering saya berharap, Tuhan mendadak mengadakan satu mujizat massal, ketika bangun pagi hari, mendadak seluruh rakyat Indonesia terbuka pikirannya bahwa mereka sudah dijadikan alat politik, tercuci otaknya akan kebencian, dan terperdaya oleh tipuan semu berkedokkan agama.

Tapi saya tahu itu adalah angan-angan belaka. Harapan yang sangat mustahil terwujud. Karena saya justru melihat penyakit kebencian ini semakin memuncak. Banyak masyarakat kehilangan nalar akibat kebenciannya.

Contohnya, semakin HOAX satu berita, semakin banyak dishare, yang penting menjatuhkan nama orang yang sangat dibencinya. Judul “Ibu Negara RI kemana sementara Istri Presiden Turki menjenguk pengungsi Rohingya di Aceh”. Berhari-hari jutaan orang menshare berita ini dibumbui berbagai macam sumpah serapah. Walau sudah diingatkan bahwa itu berita HOAX, tapi banyak haters yang tutup mata dan tutup telinga akan kebenaran yang sesungguhnya. Kebencian benar-benar merasuk jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun