Sebagai pegiat sosial, saya selalu tertarik untuk terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan sosial/agama. Jadi ketika si turis itu menyatakan ingin menyalurkan bantuan kepada tempat ibadah dan panti asuhan, di kepala saya sudah berpendar bayangan yang sangat muluk. Bahkan malam itu juga saya sudah berencana mengontak teman-teman saya di kampung untuk membuat proposal. Untung SMS banking lebih dulu masuk yang menyadarkan diriku. Bahwa diriku yang angkuh dan sombong ini sudah ditelikung oleh over confidential mu sendiri.
Saya sadari, rejeki bisa didatangkan Allah dari mana saja dan bisa diambil lagi dengan cara apa saja. Karena harta hanya titipan, seperti tukang parkir menerima mobil mewah. setiap saat bisa diminta kembali  oleh punya.  Pagi-pagi buta, kulihat televisi menyiarkan berita Bekasi kebanjiran, dilanjut dengan berita-berita seputar Jakarta tentang penggusuran dan mutilasi. Saya bersyukur, meski sangat menyakitkan, tetapi apa yg saya alami tidak seberapa dibandingkan dengan yang menimpa korban gusuran atau kejahatan lainnya. Buktinya sekarang pun saya masih bisa on line dan dapat menuliskan pengalaman ini di kompasiana. Allah SWT sedang menyentil diriku. Kata teman-temanku, insya Allah nanti akan diganti dengan yang lebih besar apabila saya bisa menerima kejadian ini dengan ikhlas.  Saya percaya itu bukan nasihat biasa. Itu sudah dijanjikan Allah dalam kitabNya.
Dan bukti-bukti itu pun mulai mengalir. Ada transfer masuk ke sms banking saya baru baru ini, walau ATM-nya sudah diblokir. Saya hanya bisa menebak-nebak darimana datangnya, tetapi pasti transfer masuk itu adalah rasa empati dari sohib-sohibku yg mengetahui kejadian ini. Terima kasih atas kebaikannya. Saya punya hutang kepada Anda, saya bersumpah untuk membalas budi baik ini dengan cara apapun.
Â
Noted : Dituturkan oleh "Korban" kepada "saya".