Lebih lebih ketika suatu peristiwa selalu disorot sisi negatifnya saja, diulang-ulang tayangannya. Saya juga selalu bertanya-tanya mengapa pula nara sumber yang dibilang pakar itu selalu diminta komentarnya oleh media massa tertentu saja. Tidakkah pantas dicurigai kalau media massa itu sudah punya rencana tersembunyi di balik pemilihan nara sumber. Â Ini semua membuat neg dan mereduksi ekspektasi terhadap tiap karya jurnalistik.
Jadi, bila Kompasiana lebih banyak dibaca dan citizen journalism akan segera menggantikan media massa, itu bukan salah siapa-siapa, tetapi media massa-lah yang telah mengkerdilkan dirinya sendiri. Segeralah kembali ke jalan yang lurus, jalan yang diridhoi oleh masyarakat, dimana media massa diberi kekhususan oleh undang undang untuk mengelola asset publik antara lain berupa frekwensi dan ijin menyebarkan informasi secara massal.
Kembali ke judul, masih adakah yang namanya wartawan  yg dulu disebut Kuli Tinta (karena menulis apa yang diinginkan pulpennya) ataukah yang ada hanya pekerja pers yang mengabdikan diri sepenuhnya pada majikan.
Selamat Hari Pers Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H