Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 18

24 Januari 2025   10:57 Diperbarui: 24 Januari 2025   10:57 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Widura mengalihkan pandangannya ke objek yang lebih dekat. Ia mengamati cangkir gerabah yang ada di depannya. Bentuk cangkir itu sederhana tapi menarik dipandang. Sepertinya Ki Rana benar-benar menyukai barang-barang yang bagus. Selain perabot yang berukuran besar, perkakas yang kecil juga menarik dilihat.

Saat Widura sedang menyeruput air dari cangkir, seorang lelaki tua muncul dari dalam rumah. Penampilannya penuh wibawa. Perawakannya agak kecil bila dibandingkan dengan tubuh petani yang biasanya kekar. Sedangkan rambut pria ini terlihat sudah banyak yang beruban.

Widura segera meletakkan cangkir di tangannya dan menyalami lelaki tua yang pastinya dissebut Ki Rana itu. Ratri pun melakukan hal yang sama.

Ki Rana duduk di salah satu kursi dan memulai percakapan dengan berbasa-basi. Ia bertanya berbagai hal yang terkait dengan dua bocah yang ada di hadapannya.

"Coba kalian ceritakan mengapa kalian ingin bisa baca tulis?" ujar Ki Rana.

"Begini Ki Rana, sebenarnya saya kelak ingin menjadi seorang prajurit. Dan saya dinasehati agar giat berlatih dan belajar. Itulah sebabnya saya ingin belajar baca tulis," jawab Widura.

"Kalau saya Ki Rana, saya ingin menjadi pedagang seperti ayah. Dan ayah juga bisa baca tulis. Tapi ayah terlalu repot buat mengajari saya. Itulah makanya saya belajar pada Ki Rana," jawab Ratri.

"Baguslah kalau begitu. Selama kalian giat belajar dan berusaha keras kalian akan cepat bisa mengenal aksara," ucap Ki Rana sambil mengangguk lembut, "Saat ini, selain kalian, ada pula beberapa murid yang sedang belajar seperti kalian. Nanti kalian akan bertemu mereka. Dan saya harap kalian bisa berteman baik dengan mereka."

"Iya Ki Rana," jawab dua anak itu serempak.

"Kalau begitu mulai sekarang kami memanggil Ki Rana sebagai guru?" tanya Ratri.

"Boleh! Terserah kalian saja," ucap Ki Rana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun