Ki Jagabaya lalu berkata, "Widura, sikap kamu bagus. Walau punya kemampuan tapi kamu tidak seenaknya sendiri. Karena kamu merasa sedikit bersalah maka kamu tidak membalas serangan anak itu, begitu kan?" Ki Jagabaya berhenti sebentar. Widura mengangguk ringan. Lalu Ki Jagabaya melanjutkan, "Setidaknya kamu bisa menempatkan diri. Kalian berdua jika menemui suatu kejadian hendaknya juga begitu. Pandai-pandailah membawa diri. Jangan mentang-mentang bisa silat lalu maunya benar sendiri."
Selain memandangi Widura, Ki Jagabaya juga melihat ke arah Sogol dan Murti. Dua anak itu pun ikutan mengangguk-angguk.
Tentang Ratri, guru kalian ini tidak mempermasalahkan. Selama orang tua anak itu mengijinkan ia bisa ikut berlatih bersama kalian. Hitung-hitung menambah rekan berlatih, toh kalian juga baru memulai, jadi bisa berkembang bersama," ucap Ki Jagabaya.
"Terima kasih guru. Nanti akan kami sampaikan," ucap Widura. Mata tiga bocah itu berbinar mendengar ucapan guru mereka.
Lalu tiga bocah ini pun melanjutkan latihan mereka. Setelah dirasa cukup, ketiganya disuruh pulang oleh Ki Jagabaya. Tapi sebelum meninggalkan lokasi latihan, guru mereka berkata kalau tiga hari mendatang mereka akan berlatih sore di tepian sungai. Mereka bisa langsung ke tepian, tidak perlu ke rumah Ki Jagabaya dahulu.
Di hari berikutnya sebelum siang, karena membantu pekerjaan orang tuanya, tiga anak itu tidak bisa mendatangi tepian sungai. Di sore hari, karena Sogol masih harus membantu ayahnya, maka hanya Widura dan Murti yang akhirnya menyampaikan hasil percakapan mereka dengan Ki Jagabaya.
Sesampainya di rumah Ki Purnomo, Widura dan Murti disambut oleh kakak laki-laki ketiga Ratri. Setelah mempersilahkan duduk dan memanggil adiknya, kakak Ratri mengajak ngobrol Widura dan Murti. Walau baru pertama kali berbincang, ternyata kakak Ratri yang satu ini mudah akrab, sama seperti kakak perempuannya. Dan ternyata benar kata Eko tempo hari saat bermain bola, kakak Ratri bercerita kalau ia sering mengajak adik perempuannya melakukan permainan kelaki-lakian.
Beberapa saat kemudian, Ratri keluar sambil membawa minuman dan ikut larut dalam percakapan. Pada kesempatan itu, Widura menyampaikan kesediaan gurunya dan beberapa hal prinsip nasehat yang sebelumnya pernah disampaikan Ki Jagabaya untuk dirinya dan teman-temannya.
Kata Ki Jagabaya, bela diri harus rutin dilatih. Sedangkan rajin membantu pekerjaan orang tua adalah salah satu bentuk latihan.
Ketika Ki Purnomo muncul dari dalam rumah, Ratri memperkenalkan teman-temannya kepada ayahnya itu. Widura dan Murti lalu memperkenalkan diri mereka dengan sopan.
"Oh, ini toh ternyata teman-temannya Ratri yang berguru ke Ki Jagabaya desa. Saya juga sudah mendengar kisah perkelahian Ratri di sungai dari kakaknya Ratri," Ki Purnomo berhenti sejenak dan kembali bertanya, "Yang mana dari kalian yang berkelahi dengan Ratri?"