Tanpa diduga, Ratri langsung menghambur ke arah Widura. Sebuah pukulan dilayangkan Ratri dengan cepat ke arah wajah bocah di hadapannya itu. Widura yang tak menduga serangan kilat itu berusaha mengelak. Tapi serangan Ratri ternyata tidak berhenti, pukulan yang lain segera menyusul. Bahkan bukan hanya pukulan, setelah menyisingkan kain panjangnya, Ratri juga melancarkan tendangan. Walau pukulan dan tendangan itu serampangan karena tidak pernah dilatih, serangan membabi buta itu membikin Widura kelabakan juga.
Sambil terus mundur mengelak, Widura mengucapkan permintaan maafnya. Tapi Ratri belum mau berhenti demi meluapkan kekesalannya. Karena pertarungan itu terjadi di tengah sungai, baju Widura sebagiannya jadi basah.
Perkelahian itu terlihat lucu. Walau gerakan Ratri serampangan, ia berhasil mendesak Widura yang gerakannya lebih mantap. Kenyataan unik tersebut membuat mereka yang menonton tetap melanjutkan tawanya.
Setelah beberapa kali pukulan dan tendangan yang tiada menemui sasaran, Ratri berhenti. Lalu terdengar ucapan Ratri penuh kekesalan, "Dasar anak laki-laki!"
Sambil masih memendekkan lehernya dan sedikit membungkuk, Widura kembali berucap, "Maaf, kami tak sengaja." Saat ini, Widura tak mau repot-repot menceritakan alur kejadian ngeloyornya bola yang memang tak sengaja diarahkan itu, penjelasan model apapun saat ini percuma.
Ratri hanya melengos, segera berbalik badan, mengambil keranjang cucian yang ada di atas bongkahan batu, dan berjalan menjauhi Widura. Sementara Widura mendekati kakak Ratri yang hanya tersenyum lucu setelah menyaksikan adegan adiknya yang melawan seorang bocah laki-laki itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H