Siklus waktu terus berlalu, petani terus berjibaku dengan penggaru, dan pedagang masih setia menawarkan barang. Para pejabat berkutat mengurus rakyat dan sisik melik kerajaan. Para dukun meramu obat-obatan. Para guru meneruskan ilmu. Apapun itu, semua penghuni Kerajaan Semala punya urusannya sendiri-sendiri.
Termasuk bocah bernama Widura. Ia kini makin giat bekerja membantu ayahnya. Ini karena nasihat Ki Jagabaya sehari sebelumnya.
Hari itu Widura sibuk mengayunkan cangkul menggemburkan sepetak sawah. Karena setelah dipanen, lahan itu harus diolah lagi sebelum ditanami bibit yang baru. Widura hanya ingin menjalankan nasihat Ki Jagabaya, sambil bekerja sekaligus menempa dirinya agar kelak jadi kuat. Sementara Ki Baskara jadi senang karena anaknya makin rajin bekerja.
"Widura, kalau engkau lelah istirahatlah sebentar, nanti dilanjut lagi," ucap Ki Baskara suatu ketika.
"Siap ayah, sebentar lagi," Widura menyahut.
Widura memang menghentikan pekerjaannya dan duduk beristirahat saat merasa lelah. Tetapi setelah berhenti sejenak dan tenaganya terasa telah kembali, Widura kembali berdiri dan melanjutkan pekerjaannya.
Saat siang telah tiba pada puncaknya, Nyi Baskara datang membawa makan siang ke sawah. Nyi Baskara menenteng sebuah keranjang di satu tangannya dan di sisinya Widuri memeluk sebungkus makanan.
Ketika melihat sosok istri dan anak gadis kecilnya di kejauhan, Ki Baskara menyuruh Widura menghentikan pekerjaan, "Widura, beristirahat dulu. Itu lihat, ibu dan adikmu sudah membawa makan siang kita."
Saat istirahat siang, para petani biasa makan siang di sawah. Namun ada pula yang telah cukup dengan pekerjaannya dan memutuskan pulang. Untuk kesempatan kali ini Ki Baskara harusnya baru akan menyelesaikan pekerjaannya menjelang sore, tapi karena Widura bekerja dengan semangat berlebih pekerjaan Ki Baskara jadi lebih cepat.
"Nyai, sepertinya hari ini pekerjaan kita akan cepat selesai karena Widura sangat bersemangat. Haha," Ki Baskara berkata sambil melirik anak laki-lakinya.
"Wah, bagus kalau begitu. Moga saja besok dan seterusnya juga tetap semangat. Bukan begitu Widura?" ujar Nyi Baskara sambil tersenyum ke Widura dan menambahkan, "Lagi pula anak ibu yang satu ini sudah semakin besar. Iya kan?"