Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 6

12 November 2024   13:02 Diperbarui: 18 November 2024   08:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Beberapa lama waktu berlalu, Widura dan dua temannya terus mengulang-ulang gerakan kuda-kuda. Namun intensitas gerakan mereka mulai agak menurun. Memperhatikan hal itu, Ki Jagabaya berkata, "Kalian bisa istirahat sebentar dan silakan minum dulu."

Tiga anak itu menarik napas panjang, menghentikan gerakan mereka dan berjalan menuju ke sisi Ki Jagabaya. Satu per satu mereka mengangkat kendi yang ada di situ. Mendekatkan moncong kendi ke mulut dan kesegaran air yang ada di dalam kendi pun segera mengalir berpindah ke tenggorokan mereka.

"Wah, ternyata lumayan berat juga ya," ucap Widura. Setelah menghembus napas panjang ia melanjutkan, "Tapi menyenangkan."

Ki Jagabaya hanya tersenyum mendengarkan ucapan Widura.

"Ki, mengapa kita harus mengulang-ulang gerakan ini? Lalu sampai kapan kita akan mengulangnya?" Murti bertanya.

Sambil mempertahankan posisi duduk santainya, Ki Jagabaya menjawab, "Kuda-kuda merupakan bagian penting dalam bela diri, kalian harus benar-benar memahami dan merasakan gerakannya. Agar bisa memahami, merasakan dan terbiasa maka gerakan itu harus diulang-ulang sebanyak mungkin." Ki Jagabaya berhenti sebentar sebelum akhirnya bertanya, "Nah, sampai sini apakah kalian paham?"

Murti yang tadi bertanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Sedangkan dua anak yang lain juga ikutan mengangguk-angguk.

"Untuk kali ini kalian harus mengulang-ulang gerakan ini dahulu. Setiap ada kesempatan kalian kalau bisa melatih gerakan ini. Nanti bila Aki rasa cukup, Aki akan menambahkan gerakan baru, lalu kalian latih gerakan baru itu berulang-ulang, dan terus begitu," Ki Jagabaya menjelaskan.

Lagi-lagi tiga anak itu manggut-manggut.

"Ki Jagabaya, bukankah hari ini saya telah berlatih kepada Aki, dengan begitu saya telah menjadi murid Aki. Nah, bisakah kita memanggil Aki dengan sebutan Guru?" tanya Sogel dan kemudian melirik ke arah teman-temannya, "Bagaimana teman-teman?"

"Oh, iya ya. Bagaimana Ki Jagabaya?" Widura menimpali dengan pertanyaan serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun