Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Meniti Jalanan Setapak 4

29 Oktober 2024   06:34 Diperbarui: 29 Oktober 2024   06:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, Ki Saudagar bisa saja," jawab Ki Baskara sambil tertawa.

Jalanan dari sini hingga ke desa Ngalam kini relatif aman. Situasi kejiwaan semua anggota rombongan juga lebih tenang. Setelah berada di atas kereta, Widura memberanikan diri bertanya kepada Ki Pambudi, "Paman Pambudi sudah lama jadi pengawal?"

"Paman jadi pengawal sejak usia dua puluhan, dan sekarang usia paman sudah tiga puluhan. Berarti itu sudah sepuluh tahunan. Apakah menurut kamu itu lama?" jawab Ki Pambudi sekaligus bertanya balik.

"Ehm, itu lumayan lama juga ya," Widura berkata sambil menggaruk dagunya dan keningnya berkerut sebelum bertanya lagi, "Paman Pambudi, apakah berguru silat di padepokan? Soalnya paman hebat, sanggup berkelahi melawan dua orang sekaligus."

"Oh begitu ya. Ha ha," Ki Pambudi sedikit tersenyum menanggapi sanjungan dari Widura. Lalu ia melanjutkan, "Paman tidak pernah berguru di padepokan manapun. Paman dahulu dilatih oleh ayah paman. Waktu masih muda, ayah paman juga seorang pengawal upahan. Jadi ilmu bela diri ayah paman lumayan mahir."

Widura manggut-manggut mendengar jawaban Ki Pambudi. Lalu ia memandang ke arah ayahnya dan bertanya, "Mengapa ayah menyuruh aku belajar silat kepada Ki Jagabaya? Mengapa bukan ayah sendiri yang melatihku seperti Ki Pambudi? Bukankah tadi ayah bisa berkelahi menghadapi penjahat?"

"Karena ilmu silat ayah tidak seberapa bila dibandingkan Ki Jagabaya. Ayah hanya bisa sedikit bertarung hanya untuk membela diri. Ayahmu ini hanya seorang petani pula, tidak punya banyak pengalaman bertarung. Jadi, tidak banyak yang bisa ayah ajarkan ke kamu," Ki Baskara menjawab dengan sareh.

Widura lalu memandang Ki Pambudi dengan pandangan bertanya.

Ki Pambudi seolah memahami isi kepala Widura lalu berkata kepadanya, "Paman tidak tahu menahu tentang keahlian ayahmu, tapi ayahmu benar bahwa pengalaman bertarung akan memperkaya kemampuan bela diri seseorang. Mungkin Ki Jagabaya itu punya pengalaman di dunia persilatan."

"Apa benar begitu, ayah?" Widura segera bertanya.

"Iya benar. Di masa mudanya, Ki Jagabaya pernah berguru di padepokan. Lalu setelah itu beliau bekerja sebagai pengawal seorang saudagar. Jadi pengalaman bertarungnya lumayan banyak. Makanya saat memasuki masa tuanya, beliau dipercaya jadi Jagabaya di desa kita," kata Ki Baskara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun