Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 1

8 Oktober 2024   07:04 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:43 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Aku ingin jadi prajurit seperti paman. Bisa nggak?"

"Tentu bisa. Kamu harus jadi anak yang jujur, baik, dan harus pandai silat kalau ingin jadi prajurit."

"Baiklah. Terima kasih paman prajurit," jawab Widura spontan disertai anggukan. Matanya terlihat berbinar. Sejurus kemudian ia berlari kembali menghampiri teman-temannya yang lain. Sedangkan si prajurit hanya tersenyum-senyum memandang punggung si bocah yang makin menjauh.

Selain para prajurit yang menebar senyum, keluarga pejabat yang berada di dalam kereta juga melakukan hal yang sama. Si pejabat adalah seorang pria yang mulai memasuki usia matang. Perempuan yang di sampingnya adalah seorang perempuan muda yang cantik mempesona. Di pangkuan perempuan itu terlihat seorang bocah yang masih kecil. Di hadapan mereka seorang anak terlihat melompat-lompat kegirangan karena melihat anak-anak desa yang berlarian di sekitar kereta kuda.

"Wah, itu pastilah salah satu istri muda," kata seorang lelaki paruh baya warga desa kepada lelaki lain yang berdiri di sebelahnya.

"Memang kenapa? Kamu iri?" celetuk si teman segera.

Mereka lalu tertawa bersama sambil membayangkan betapa enak jadi pejabat kerajaan. Sudah merupakan kelaziman kalau pejabat atau bangsawan memiliki beberapa selir di samping istri yang sah. Bahkan derajat orang tua dari kalangan biasa akan terangkat bila anaknya dinikahi oleh pejabat atau bangsawan.

Setelah rombongan berlalu dari jalan desa, suasana kembali seperti biasa. Para ibu dan anak gadis kembali memasak. Mereka lalu menyiapkan makanan yang akan dibawa ke sawah untuk suami atau ayah masing-masing. Anak-anak melanjutkan permainan yang sebelumnya mereka tinggalkan. Para lelaki yang sedang tidak di sawah kembali melanjutkan pekerjaan di rumah; membelah kayu bakar, memperbaiki perkakas, atau membenahi bagian rumah.

Sementara itu tiga orang bocah terlihat sedang duduk berteduh di tepian parit persawahan di bawah sebuah pohon rindang. Mereka saling berbicara sambil melempar-lempar kerikil ke arah parit. Mereka adalah Widura dan dua saudara laki-laki sepupunya.

"Kamu tadi ngomong apa ke paman prajurit?" tanya salah seorang bocah ke Widura.

"Aku ngomong kalau aku pengen jadi prajurit," jawab Widura pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun