Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 1

8 Oktober 2024   07:04 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:43 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu langit berawan tipis. Angin bergerak lembut semilir. Gerakan itu menggoyangkan dedaunan hijau dan merontokkan daun yang telah berwarna coklat. Gerakan udara itu juga membuai bulu-bulu seekor merpati yang hinggap di sebuah dahan. Sang merpati sejenak beristirahat sehabis mencarikan makanan untuk anak-anaknya yang masih belum dewasa. Kelopak matanya berkejap-kejap sesekali memandang iring-iringan di kejauhan.

Sebuah rombongan pejabat kerajaan melintas. Mereka menyusur jalanan tanah yang di sisi-sisinya dibatasi pagar hidup tanaman pendek yang rimbun. Mereka mengarah ke barat, akan memasuki desa Legang, sebuah desa yang cukup besar. Mereka adalah utusan dari kerajaan Klampis yang akan mengunjungi kotaraja kerajaan Semala.

Kerajaan Klampis adalah bawahan dari kerajaan Semala. Dalam rombongan ini terdapat seorang pejabat penting kerajaan beserta istri dan beberapa anaknya. Pejabat ini mewakili rajanya melakukan kunjungan kehormatan sekaligus mengirim upeti sebagai bukti ketundukan. Rupanya selain tugas kerajaan, si pejabat ingin mengajak keluarganya berpesiar. Tidak heran bila dalam rombongan itu ada sebuah kereta kuda yang indah dengan diiringi sejumlah pasukan berkuda.

Desa Legang termasuk wilayah pinggiran kerajaan Semala. Sejak melewati rumah yang paling ujung, rombongan itu telah disambut warga desa. Mereka berdiri di kiri-kanan jalan, berdiri di depan rumah masing-masing. Karena siang hari, yang berada di desa kebanyakan adalah para ibu, para gadis, dan anak-anak. Sebagian besar para pria berada di sawah atau kebun mereka.

Warga desa merasa sedikit tersanjung karena desanya jarang dilewati rombongan pejabat kerajaan. Sebelumnya telah tersebar kabar bahwa rombongan kerajaan Klampis akan melintas. Para ibu terkagum-kagum dengan keindahan kereta kuda yang dinaiki keluarga pejabat. Beberapa lelaki yang kebetulan tidak ke sawah, memandangi rombongan sambil manggut-manggut. Para gadis terpesona dengan kegagahan parra prajurit. Sedangkan anak-anak bersuka cita berlarian mengiringi rombongan yang berjalan perlahan.

Di antara anak-anak itu terdapat seorang anak lelaki bernama Widura. Seorang anak berusia 10 tahun. Tubuhnya sehat, wajahnya ceria, dan kulitnya gelap karena terbakar matahari,. Ia bukan anak desa itu. Ia kebetulan saja berkunjung karena diajak ayahnya mengunjungi seorang saudara. Bersama sepupunya dan anak-anak lainnya ia berlari mengiringi rombongan. Ia sangat terkesan melihat kegagahan para prajurit.

"Paman prajurit! Paman prajurit!" teriak anak-anak yang lebih kecil sambil berlarian.

Para prajurit menjawab teriakan itu dengan lambaian tangan dan senyum yang berwibawa. Badan mereka tegap dan terkesan kokoh di atas pelana kuda. Sebilah pedang dan sarungnya tergantung di pinggang. Sebagian dari mereka ada pula yang saling tertawa melihat kelucuan polah bocah-bocah desa itu. Widura semakin tergagum-kagum melihat gerak-gerik mereka.

Beberapa ratus langkah di depan rombongan, dua orang prajurit pembuka jalan berdiri di dekat kepala desa Legang dan para tokoh tua desa itu. Mereka berdiri di depan bangunan aula desa menanti lewatnya rombongan. Widura berlari mendahului rombongan mendekati salah satu prajurit.

"Paman prajurit," panggil Widura sambil terengah-engah setelah ia berdiri cukup dekat dengan si prajurit.

"Ada apa bocah?" jawab si prajurit ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun