Matahari bersinar terik membakar permukaan bumi, membuat udara terasa panas dan berdebu di padang itu. Hamparan rumput hijau yang di beberapa tempat diselipi rerumputan kering berwarna keemasan terhampar luas, diselingi oleh semak belukar yang jarang dan pohon-pohon akasia yang menjulang tinggi. Angin bertiup kencang, membawa aroma tanah kering dan debu yang bercampur dengan bau tanah yang khas. Di kejauhan, terlihat kawanan zebra mengunyah rerumputan, sedangkan jerapah mengarahkan leher panjangnya untuk meraih dedaunan yang tinggi. Suasana savana yang luas membentang, namun penuh dengan kehidupan, menciptakan panorama yang dramatis dan penuh keajaiban.
Di suatu wilayah di padang savana itu, seekor gajah jantan yang baru saja beranjak dewasa mengamati pemandangan tersebut. Sejak menginjak usia remaja, sekitar 10 tahun, Gajah Muda selalu mengikuti sang pemimpin kawanan kecil gajah jantan, Gajah Tua, yang bijaksana dan berpengalaman. Gajah Tua mengajarkan Gajah Muda banyak hal, mulai dari cara mencari makan, menghindari bahaya, hingga menjaga keseimbangan kawanan.
Waktu terus berlalu. Sejak Gajah Muda meninggalkan kawanan gajah betina ibunya, kini telah berselisih 4 tahun. Gajah Muda tumbuh dewasa, tubuhnya semakin besar dan kuat. Gadingnya semakin panjang. Gajah Tua pun menyadari bahwa Gajah Muda telah siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya.
"Gajah Muda," suara Gajah Tua menyadarkan lamunan Gajah Muda, nadanya berat dan penuh makna. "Kau telah tumbuh dewasa. Kau kuat dan gagah. Saatnya kau mencari pasangan dan meneruskan garis keturunan."
Gajah Muda merasa haru mendengar kata-kata Gajah Tua. Ia sedikit mengalihkan pandangan ke arah Gajah Tua yang berdiri di sisinya dan berkata, "Terima kasih, Gajah Tua. Aku akan selalu mengingat semua pelajaran yang kau ajarkan."
Dengan berat hati, Gajah Muda berpamitan kepada Gajah Tua dan kawanan kecilnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai ingatan yang kuat, Ia berjalan menuju ke arah yang dulu diingatnya pernah menjadi tempat berkumpulnya gajah-gajah betina.
Rasa gugup dan semangat bercampur aduk dalam hati Gajah Muda. Ia berharap akan segera dipilih oleh seekor gajah betina yang siap dikawini.
Ia ingat pesan Gajah Tua, "Gunakanlah indra penciumanmu yang tajam, dengarkan suara alam, dan ikuti jejak mereka."
Gajah Muda menghirup udara dalam-dalam. Ia mencoba mengenali aroma khas yang dikeluarkan oleh gajah betina yang siap dikawini. Angin bertiup, membawa aroma tanah kering dan dedaunan, namun Gajah Muda belum menemukan aroma yang ia cari.
Ia berjalan menyusuri padang savana, telinganya tegak, mencoba mendengarkan suara-suara alam. Ia mendengar suara burung-burung yang berkicau, suara angin yang berdesir, dan suara hewan-hewan lain yang berlalu lalang. Mencoba mendeteksi getaran tanah dan memperkirakan sumbernya. Namun, ia belum mendengar suara khas gajah betina yang siap kawin.
Akhirnya, Gajah Muda menemukan jejak kaki gajah betina. Ia mengikutinya dengan hati-hati, menelusuri jejak kaki yang tertinggal di tanah yang kering dan berdebu. Ia merasa semakin dekat dengan tujuannya.