Laju angin laut membelai helai rambut.
Butiran pasir putih menggelitik lembut.
Panas mentari Papuma membakar semua kemelut.
Gairahku membuncah, pantang langkah menyurut.
Â
Melepas penat, aroma ikan bakar menggoda.
Rona wajah itu mengguncang dunia.
Saat langkah itu mendekat, tsunami kegembiraan melanda.
Aku seperti putri yang dihampiri kesatria.
Â
Pertemuan ini tiada terduga.
Pertemuan berikutnya batu malikan jadi saksi kita.
Dari balik kaca mata hitam pengakuanmu terlontar.
Mataku berbinar dan seluruh sendiku bergetar.
Â
Kita memulai hari merajut angan.
Bergelut dengan dinamika berbalut beragam perasaan.
Hingga takdir membawa ke sebuah persimpangan.
Teriring deru ombak lautan, terucap lirih sebuah perpisahan.
Â
Di bawah naungan langit senja yang sepi sendiri.
Buih-buih ombak berdatangan menemani.
Membisikkan sepotong asa di esok hari.
Selalu ada cita dan cinta untuk dicari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H