Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terapi Kematian

15 Januari 2024   16:10 Diperbarui: 15 Januari 2024   16:35 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


sendirian di atas sebuah ranjang.
saat dirimu terbaring bayangkan kematian sedang engkau jelang.
engkau hanya terdiam berteman suasana lengang.
engkau akan memasuki gerbang perpisahan.
tiada jalan kembali kecuali ke depan walau itu perlahan.
 
panggil nama mereka yang paling berjasa dalam hidupmu.
juga nama-nama mereka yang sesekali muncul dalam benakmu.
entah itu karena rasa kagum, cinta, sayang, atau merindu.
undang mereka satu per satu ke hadapan pikirmu.
katakanlah semua isi perasaanmu.
sampaikanlah semua isi kepalamu.
karena sesaat kemudian kau tiada lagi bisa bertemu.
 
apakah yang telah kau perbuat.
menebar benih manfaat ke masyarakat.
membantu mereka yang terjerat.
menuntun mereka yang tersesat.
atau menyemarakkan mudharat.
melukai amanat, berlaku khianat.
mendewakan hasrat, hanya menumpuk nikmat.
 
cobalah engkau bayangkan.
berapa banyak sesuatu yang telah terlewatkan.
rasa cinta yang tak pernah terungkapkan.
rasa sayang yang tak pernah terwujudkan.
permohonan yang kau abaikan.
harapan yang kau musnahkan.
keluh kesah yang teracuhkan.
kata-kata yang tak terbincangkan.
terima kasih yang tak tersampaikan.
maaf yang tak termohonkan.
iri, dengki, kesumat yang tak terpadamkan.
kesemuanya tergumpal menyatu dalam penyesalan.
teronggok membatu sebagai sebuah beban.
kau bawa dalam perjalanan tanpa berkesudahan.
 
andai itu semua terjadi di detik ini.
andai benar-benar nafas telah terhenti.
tamparlah pipimu di kanan dan kiri.
cobalah terbangun melihat diri.
esok masih kau temukan hangat mentari.
jadikan dirimu baru sama sekali.
sebentuk wajah segar sesegar tetes embun pagi.
bawa hatimu kepada mereka yang kau cintai.
wujudkan perhatianmu pada mereka yang kau sayangi.
keindahan senyummu teramat mubazir bila tak engkau bagi.
sedikit yang engkau beri akan banyak membawa arti.
 
tanpa menyadari kematian, takkan terasakan indah kehidupan.
sebelum menginjak perbatasan, carilah yang terbaik untuk persembahan.
karena kebaikan akan melahirkan kebaikan.
untuk dirimu sendiri maupun peradaban.
 
baca juga:

puisi Tikus tanpa etika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun