Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Potret VII

3 April 2020   07:45 Diperbarui: 3 April 2020   07:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: sky-sylph on tumblr

Aku memulai menuliskan dari yang kutahu,

yaitu kata : aku

Aku dengan senang hati

menanyakan

“apakah kamu sedang mencari rumah? karena aku pun,”

Lalu kita sama-sama merasa tidak sendiri

di dunia yang bising

Aku dengan suka hati

menjadi kata sambung

antara kamu dan cahaya

agar rumah kita benderang

karena sesuatu yang baru baiknya cemerlang

agar terang mengiringi sejak mula,

Begitulah harap.

. . . . . . . .

Aku hanya bicara aku,

sebab tidak yakin kamu bagaimana

Senang kah? Suka kah?

Salah salah tebak ku, daratanmu dikuasai kebingungan?

Meronta, kamu sok-sok an bukan tokoh utama

Nyatanya selain utama kamu selalu pertama

Yang lebih nyata,

kamu sudah terpatri menjadi kata sambung antara Harapan dan Aku

menyibuki aku menulis banyak harapan

membuat bising jarak antara kata sambung itu

melampaui kata cukup, dan batas hanyalah batas

-

“di rumah ini, harapan seharusnya milik bersama!”

Teriakanmu lenyap ke atap

Masuk ke dalam daftar kenyataan 

Memutus keterhubunganku dengan kata 'harapan'

Di pojokan kamu tersedu,

menatap langit-langit

Ra, 25 Januari 2019

*Potret berarti gambar atau lukisan yang seringkali merepresentasikan seseorang, yang mana seseorang tersebut menjadi dominan dalam gambar. Seri Potret berisikan 'surat terbuka' dalam bentuk puisi yang ditujukan untuk satu orang. Pesan yang disampaikan bisa perihal penantian, rasa cinta, rindu, dll. Semoga bertemu di Seri Potret selanjutnya!

Puisi Seri Potret Sebelumnya :
Potret IV
Potret V
Potret VI

Puisi Lainnya:

Sepertinya Ada yang Tak Nampak di Jendela

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun