Â
Planet air tanpa daratan, itulah kamu sang penakluk
Palung terdalam, di sanalah aku menempatkan ketenggelamanku
Masa, hanyalah kecakapan menyesatkan saat kita berpacu dengannya
Lalu menulis puisi cinta, aku tak sedia waktu saking tangkasnyanya masa lewat
Tapi ya, kamu aku cintai begitulah intinya,
Shhhhh... kusayapkan kalimat-kalimat ini..
Sudah halaman yang ke sekian ratus, tapi yang kutulis masih saja kata yang sama; rindu, biru, haru
"Bagaimana rasanya?" kaukah itu yang bertanya?
Bahagia, yang tak berkesudahan, serupa air di planet tanpa daratan, biru warna kedalamannya