Hari ini masih,Â
benci ikut terbangun ketika Merah Muda membuka mata; kemudian berkembang rimbun di dalam hati.
Apakah Tuhan senang melihat hambanya membenci?
Tuhan tak pernah menjawab,
agar manusia memiliki hal paradoks untuk dicinta juga dibenci
Lelaki itu tak terlalu tampan, tak juga berkulit putih. Ia bernama Biru
Pernah ia berkunjung dengan martabak manis di tangannya,
Pernah ia datang dengan kejutan tiket konser band kesukaan Merah Muda,
Tapi tak pernah nyatakan cinta. . .
Pada bantal, Merah Muda tenggelamkan wajahnya
menghela napas berulang-ulang di sela tangisannya
ia tahu Biru tak pernah memilihnya
ia tahu Biru hanya menyukai Putih