Biaskan masa lalu menjadi sebutir buih di lautan sejati,
Mari biarkan begitu sejak masih hijau
Sementara Zamrud tersembunyi di lautan itu sedang mencari kawan,
Pastilah begitu,
Sebab Ia memberiku petuah;
Musibah yang lalu biarkan hanya menjadi realitas objektif
Dan kamu tak lagi menangisi Tokoh Paling Antagonis
Bahkan Sang Pemimpi bertaruh pada kesempatan ke dua,
Hey, awalnya kamu memang tak ada,
Sekarang segalanya ada padamu
Seberapa banyak?
Sebanyak gelombang-sesudah-gelombang yang Tsunami pamerkan
Masa lalu dan masa depan akan selalu berbeda,
Itu yang membuat hidup ini indah sekaligus menyedihkan,
Zamrud melanjutkan
Â
Petuah Zamrud seperti puisi yang kapan hari harus ku kembalikan
Pada ziarah ini kusemayamkan puisi, semoga ia berkenan menembus langit dan menengokmu
Zamrud, hidup ini seperti lautan sejati,
Jangan banyak meminun airnya,
Di dasar sana ada banyak mutiara
Kini aku yakin
Seberapa banyak?
Seyakin aku pada hari kiamat,
Bandung, 14 Maret 2018 20:40 | Zahra
*Juga salam terhangatku menyertai puisi ini teruntuk Nenek-ku di Sana*
Puisi lainnya :Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H