Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kamu Mengerti Hujan Tidak

6 Desember 2016   02:23 Diperbarui: 30 Maret 2020   23:54 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/ Source: Weheartit

Aku tak harus menceritakan dengan berteriak pada dunia kalau aku sedang jatuh cinta kan? Ah, semesta pasti taulah.

Sejak mengenal kamu, aku jadi sadar bahwa aku tak benar-benar menyukai hujan. Pasalnya, hujan bisa membuatmu sakit. Dan itu membuatku geram.

“Aku lebih suka tak hujan,”

“Tapi barangkali petani butuh hujan,” jawabmu,

“Mari kita tinggal di desa tanpa petani,”

“Kalau aku petaninya?”

“Jelas pilihan yang sulit, asal jangan kamu juga hujannya.”

Kamu mengerti aku tak begitu tertarik dengan hujan lagi karena selain jemuran tak kunjung kering, kenangan pahit di masa lalu pun tak kunjung reda. Kamu mengerti lusinan payung yang kupunya agar aku tak kehujanan. Kamu mengerti aku membutuhkanmu sebagai payung dari lukaku lebih dari lusinan kali aku membutuhkanmu.

Sementara kamu, kamu mencintai irama rintik hujan dengan amat sangat, tapi aku tak mengerti harus bagaimana.

“Aku suka.....” kamu urung, tak melanjutkan ceritamu. Aku baru tahu kamu suka sekali pada hujan, dan ini membuatku sakit.

“Tapi barangkali buah bisa kurang manis karena tersiram hujan melulu,” cetusku,

“Mari kita tinggal di pulau tanpa hujan,” kamu selalu mengorbankan dirimu.

Kupikir bagaimana kalau kita sama-sama berkorban, seperti kita sama-sama jatuh hati. Hujan memang membuat perih lukaku, tapi tanpa hujan kamu kehausan. Hari itu, hujan mengguyur rumah kita, lantas kamu menggenggam tanganku erat, seperti biasanya “Aku ada,” katamu. Tapi kali ini aku tuntun kamu ke pekarangan, menginjak rumput basah dan melompat sedikit menikmati hujan. Kamu tersenyum, aku bisa terima sampai badan kita sama-sama keriput oleh air hujan, sampai aku lupa menolak hujan. Kalau sakit, kita akan sakit bersama.

“Hujan diciptakan atas banyak alasan, Ra” katamu,

“Salah satunya agar saat kedinginan karenanya, kamu bisa mencari aku.” lanjutmu,

Kamu seakan selalu mengerti aku juga tanda-tanda alam.

“Di kehidupan selanjutnya, kita akan sering bermain hujan-hujanan bersama, aku janji. Aku akan hidup menjadi perempuan yang sehat dan kuat, aku akan mencarimu dan mencintaimu seperti hari ini,” jawabku,

Kupikir aku tak harus menceritakan ini padamu, bahwa aku mengidap hipotermia tapi aku penasaran, seperti apa senyum bahagiamu kala hujan. Aku suka Kamu, bukan suka Hujan. Karena kamu akan mengerti aku, tapi Hujan tidak.

 

 

Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya,

Bandung, 6 Desember 2016

Zahra

Puisi lainnya:

Potret I

Bekal Membeli Senyumnya
Mata Bintang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun