Aku tak keliru, kulihat pola awan memucat pudar
Nyawa awan berlari dalam hitungan 0
Kemarau menyapu semesta berwujud sengatan,
Jenazah awan telah berkeranda di rumah duka
“Kapan?”
“Kapan berhenti bertanya?”
Firasat ajal mustahil wujudnya
Berang, Osiris tak mau menanggungnya
Jingga senja memudar jua tertuang dalam bendera kuning
Daun kering, nyawanya melayang ke batin akhirat
Akarnya, ditelan hangus oleh surya yang berapi-api
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!