Zed
Butuh waktu panjang akhirnya aku reda dari kesedihan itu. Pram yang kini bersamaku ini penawarnya. Kuceritakan segala yang kualami terdahulu. Ia akan menjagaku tanpa tidak. Aku merasa aman lagi, aku merasa bahagia lebih-lebih kalau kebahagiaanku kini kau saksikan, A. Tak sabar melihatmu menyerah. Aku sedang berupaya memancing menyerahmu.
A
Siapa laki-laki itu? Anjing benar kau, Zed! Mengapa kau tak sedia denganku tapi dengan murahnya pada laki-laki lain? Pisau bekas Toer masih kusimpan, akan kuasah dahulu malam ini. Jangan katakan aku tak waras, seginilah justru sewaras-warasnya aku.
Jeny
Sudah lebih dulu pisauku menerobos detak jantungmu yang terhenti, A. Neraka sekalipun tak sudi menerimamu. Pergilah ke tempat yang lebih mengerikan dari neraka. Aku harus membayarmu pada takdir, agar hidupku tak kau buat rusuh terus. Menghapus jejak, tak lupa. Dah.
Zed
Kelegaan, tentu saja. Setelah sekian lama merencanakan ini. Kupandangi topeng ‘Jeny’ digenggamanku. Apakah aku masih memerlukan ini?
Namaku Zed,Â
Jeny tak pernah ada.
Bandung, 21 September 2016