Jauh sebelum kemunculan A di buku kosong yang Tuhan sedang tuliskan, rasanya aku tak pernah menginginkan kematian pada makhluk. Menjadilah jahat sisi gelap di diriku. Bertapa ke rumah pemujaan Dewa membuat batinku tenteram tak muram, namun melihatmu membuntuti, resah kembali mendesah di dalam sanubari. Kudekap erat Toerku.
A
Aku tak pernah bisa tidur.
Zed
Aku tak pernah mau tidur.
Toer
Di gang belakang apartemen, salju menyelimuti tubuh. Sangat menumpuki, salju yang membalut dada hingga perut itu berwarna merah. Ya, salju itu menyembunyikanku dari orang-orang acuh yang berlalu-lalang sebelum ada yang menemukan bungkusan diriku. Berkali-kali tusukan menghunus tubuhku tanpa imbangan. Pasrah, biar saja. Ingin kupastikan jelitanya bidadari surga menurut kitab.
Zed
Aku di lain tempat. Kabur entah harus selanjut mana jauhnya. Sudah bimbang antara hidup atau tak hidup. Hidupku dipenuhi ketakutan, dan kehilangan. Matiku, tak tenang. Siapa pun itu, jahat yang telah membuatku kesepian tanpa Toer. Tangisku sampai tak ada yang tinggal lagi, mengumpat sudah membuat keram lisanku. Melawannya pun ku takut. Melarikan diri selagi berdaya.
A
Mudah bagiku merayu Zed agar mau denganku. Ya, sekarang Toer sudah almarhum, kebahagiaan yang telah lama kurindukan. Kucari Zed sampai menemui titik temu, kudekati sampai ia tersangkut padaku. Dan kami akan bahagia bersama.Â