Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RINDU] Cerpen|Rindu Merindu

7 September 2016   01:33 Diperbarui: 31 Maret 2020   00:43 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/Source: Weheartit

Makanya ketika hari itu datang, dengan gerak cepat kupeluk erat saat aku melihat Bunda di Stasiun Kota, menunggu aku. Kupeluk erat berharap Bunda mengerti penyesalan-penyesalan ini padanya, berharap Bunda mengerti kerinduan-kerinduanku padanya yang melembak selama ini. Bunda balas mendekapku penuh sayang, kutahu Bunda tak akan pernah berhenti menyayangi aku hanya karena aku menyebalkan. Kutahu Bunda tak kalah merindukan aku, bahkan ia telah berlinangan air mata saat mengantarku, bagaimana saat selama aku tak ada di rumah?

Keesokan harinya, aku masih terkantuk-kantuk di kasur saat Bunda membangunkanku.

“Katanya rindu Bunda bangunkan ya? Cepat bangun Kina, sudah siang.” Teriak Bunda dari lantai bawah.

Panik mendengar suaranya, aku langsung terbangun dan seketika kecewa melihat langit masih gelap di ujung jendela. “Bunda bohong, ini belum siang. Huu padahal aku masih ngantuk”
 “Hihihi Bunda rindu sama omelanmu” tawa Bunda iseng,

Ah Bunda, aku jadi rindu merindu Bunda.

Bandung, 7 September 2016

Cerpen lainnya:

Kamu Beri Aku Kisahan Lapuk

A-Zed

Pisahkan Saja Kalau Bisa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun