Mohon tunggu...
Agun Pratama
Agun Pratama Mohon Tunggu... -

Bukan seorang ahli filsafat ataupun penyair amatiran | Hanya seorang pemuda rumahan yang ingin lenyapkan kegalauan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melanggar Berjamaah

24 Juli 2012   12:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pastikan segala kelengkapannya

Lipat dulu tiang penyangganya

Jangan lupa pasang kuncinya

Konsentrasikan diri lalu berdoa

Lampu sein itu bukan tanda

Itu hanya pajangan belaka

Spion itu bukan pertanda

Itu hanya cermin sang raja

Melambai itu bukan penanda

Itu hanya mencari perhatian saja

Tabrak langsung saja

Biar terasa sakitnya

Bermoda transportasi apa saja

Berhati-hati berangkat sambil berdoa

Semua bakal menjadi sia-sia juga

Jikalau perilaku jalanan tiada terduga

Pernahkah kau belajar tentang sopan santun?

Pernahkah kau belajar apa itu tata krama?

Sopan santun itu tentang cara menabrakkan secara beruntun

Tata karma itu tentang sudah salah tetapi tiada mengakuinya

Huruf P kapital disilang tandanya dilarang parkir

Trotoar hak bagi pejalan kaki yang telah tersingkir

Sifat terpuji bukan dipelihara tetapi disortir

Bangga melanggar tanpa mau banyak berpikir

Ruang warna hijau di depan telah lama hilang

Berlalu dengan pergantian kuasa yang berulang

Tiada lagi tempat nyaman untuk melenggang

Saat lampu kuning berkedip begitu terang

Saatnya engkau injak gas dengan kencang

Bersepeda itu menanamkan benih nilai luhur

Sedari kecil diajarkan untuk selalu bersyukur

Dengan mengayuh itu memperpanjang umur

Jika sedari dini saja sudah hidup tiada teratur

Saat dewasa tinggal menunggu masa hancur

Kini semua sudah saatnya punah

Ketika manusia begitu senangnya berulah

Dan tiada lagi niat baik untuk berbenah

Karena begitu bangganya melanggar berjamaah

Jaque Leto | 20 Juli 2012 | 07:47

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun