[caption id="attachment_272822" align="aligncenter" width="513" caption="Divisi Humas Mabes Polri"][/caption] Beberapa jam yang lalu, semua Mitra Humas Mabes Polri mendapat pesan, tweet, mention, surel yang isinya sama yaitu: Divisi Humas Mabes Polri: DPO MOHON BANTU SHARE Inilah sketsa wajah kedua pelaku penembakan 2 (dua) anggota Polri di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Jika Mitra Humas mengetahui keberadaan kedua orang tersebut, silahkan hubungi Kepolisian setempat1376743912331953578
13767215499948017Tentu saja, semua Mitra Humas Mabes Polri, termasuk diriku, melakukan seperti yang diminta oleh Divisi Humas Mabes Polri.Hal tersebut dilakukan karena Polisi/Polri sebagai aparat Negara telah menjdi korban dari para penembak tersbut. Mereka, para penembak itu, secara langsung atau pun tidak, telah menujukan pembangkangan dan perlawanan terhadap Negara.
Polisi berasal politie (Latin, politia;Yunani, polis, politeia) bermakna warga kota atau pemerintahan kota. Di masa lalu, pada dunia Helenis, Polis, merupakan negara kota yang otonom dan mandiri, tapi biasanya tergabung dengan aliansi (bersama) polis lainnya, sehingga membentuk semacam Kerajaan.
Karena semakin kompleksnya sikon hidup dan kehidupan Polis, maka pemerintahan polis memerlukan orang-orang tertentu untuk menjaga keamanan masyarakat (dan mereka bukan tentara); oleh sebab itu dipilih dari antara penduduk. Mereka harus mengikuti kemauan - kehendak (policy, bahkan perintah pemerintah kota) untuk menjaga dan melayani masyarakat.
Sehingga jika ada tindak kekerasan - kriminal dan lain sebagainya, masyarakat tak perlu melapor ke istana, tetapi cukup datang ke/pada petugas-petugas keamanan tersebut. Dan jika para petugas tersebut tiba di/pada tkp, masyarakat (akan) berkata, “polissudah ada atau polis sudah datang,dan lain sebagainya.”Dalam arti, petugas-petugas tersebut mewakili dan bertindak atas nama pemerintah kota/polis dalam/ketika menyelesaikan masalah. Dalam kerangka itu, polis merupakan petugas yang mewakili pemerintah untuk menciptakan rasa aman, tenteram, damai, serta ketertiban, dan lain sebagainya kepada rakyat. Sehingga, kehadiran dan sebutan untuk dan kehadiran para petugas polistersebut, disamakan dengan kehadiran pemerintah yang menenangkan rakyat.
Lama kelamaan, mungkin pada abad pertengahan di Eropa, ketika pamor negara kota sudah tak ada, dan berganti dengan kerajaan, penyebutan policy-polismasih tetap dipergunakan; serta fungsinya sama seperti masa-masa sebelumnya; policy - polisi, sebagai orang diangkat dan mewakili pemerintah untuk memberikan ketenteraman kepada warga atau rakyat. [sumber, Opa Jappy, Sejarah Polisi, dalam http://jappy.8k.com]
13767215499948017Jika berdasarkan sejarah, makna dan fungsi polisi seperti itu, makapenembakan terhadap Polisi sebagai wakil atau lambang kehadiran Negara dalam rangka menciptakan rasa aman, keamanan, ketertiban pada masyakat, merupakan perlawanan terhadap Negara. Polisi adalah bhayangkara Negara, untuk menciptakan sikon tanpa ketakutan dari kejahatan dan penjahat.
Lalu, siapa penembak polisi-polisi, yang sketsa wajahnya disebar oleh Divisi Humas Mabes Polri!? Mungkin anda bisa meraba-raba, berimaginasi, atau memutar ulang memori ingatan tentang wajah-wajah pembunuh tersebut.
Dari sketsa tersebut, mungkin saja mereka sudah tahu sebagai buronan, sehingga telah hidup di/dalam persembunyian, sekaligus merubah penampilan, gaya rambut, dan lain sebagainya; atau bahkan mereka telah gunakan topeng.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!