Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sakit Hati Jika Dihapus!? Komentarlah yang Bermartabat

23 Mei 2013   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:09 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang membaca artikel/tulisan (anda) di Kompasiana!?

Mereka teman-teman yang ada di list pertemanan!? belum tentu. Coba lihat list teman-pertemanan, mungkin hanya 300, 400, 500an orang; atau sudah mencapai 1000an orang, bahkan lebih!? Sekarang, lihat artikel/tulisan terbaru atau 7 artikel yang terakhir anda publish; berapa banyak orang yang telah mengklik atau membacannya; kurang atu lebih banyak dari jumlah teman anda!?Jika kurang, maka tak semua teman, membaca artikel tersebut; jika lebih banyak, maka ada pembaca, yang bukan teman anda.

Lalu, siapa yang membaca tulisan tersebut selain teman-teman di list pertemanan!? Ada kemunkinan besar. mereka adalah pembaca yang juga member kompasiana, yang (mungkin) telah mencapai 200ribuan orang. Bisa jadi, mereka adalah pembaca diam, yang hanya menikmati tulisan anda, dan tanpa berkomentar.

Selain mereka siapa lagi yang menjadi penikmat tulisan/artikel di Kompasiana!? ya, mereka adalah pembaca yang datang dari media sosial. Mereka bisa menikmati tulisan/artikel anda, karena ada fitur di Kompasiana, yang memungkinkan banyak orang membacanya. Coba perhatikan fitur berikut [caption id="attachment_255461" align="aligncenter" width="157" caption="kompasiana.com/jappy"]

1369277983623236913
1369277983623236913
[/caption]

Berdasar fitur tersebut, seorang penulis di Kompasiana/Kompasianer, bisa tahu bahwa tulisan atau artikelnya di share ke media sosial. Dengan demikian, sangat jelas terlihat bahwa ada orang lain (yang bukan kompasianer) yang membaca artikel di Kompasiana.  Contoh, saya sangat tak yakin bahwa dari 239.665 pembaca artikel saya ini, adalah para penulis di Kompasiana; bisa jadi mereka adalah para pencari dan pemburu artikel di Dumay atau membaca karena ada pembaca yang telah mengshare melalui/di media sosial.

Dari pembaca Kompasiana dari/dan di Facebook (Fb Fans Page, Grup, Acount Pribadi) dan Twitter, bisa dikatakan datang semua strata dan berbagai latar belakang lainya. Pembaca dari FB, bisa dan biasa memberi komentar pada acount FB (artikel tersebut di share); namun kadang menyimpan jauh dari dari pesan yang terkandung dalam artikel. Pengguna Twitter (terutama dengan hp) ada yang ikut membaca artikel panjang seperti di Kompasiana!? mungkin ada; tapi pada umumnya mereka lebih suka retweet, bukan membaca.

Bagaimana dengan google+ dan Linked!? Bisa dikatakan google+ dan (terutama) Linked merupakan media sosial yang paling jelas profile serta data diri orang-orang atau penggunanya. Mereka yang gunakan google+ dan Linked, umumnya datang dari kelas menengah atas dan dengan info profesi, kegiatan, minat, yang jelas; sangat banyak info diri mengenai seseorang ada di Linkednya.

Dengan data diri/info profile seperti itu, dan mereka ikut membaca artikel di Kompasiana, kemudian mengshare di google+ dan/atau Linked (dan kemudian menyebar ke berbagai pelosok, terbaca oleh orang-orang dengan latar profesi yang berbeda-beda), maka itu berarti, ia/mereka menilai bahwa artikel/tulisan di Kompasiana (yang ia/mereka share) mempunyai bobot, kualitas, manfaat tertentu, atau bisa menjadi sumber informasi yang penting.

Itu sedikit mengenai pembaca tulisan/artikel di Kompasiana.

Lalu, di mana hubungannya dengan judul tulisan ini!?

Ya, ... jika anda dan saya, sudah sedikit tahu tentang siapa-siapa pembaca tulisan/artikel di Kompasiana, maka coba pahami, jika para pembaca tersebut, ikut membaca komentar yang bersifat komentar sampah!?

Membiarkan komentar-komentar seperti itu!?

Apa jadinya, jika para pembaca menilai bahwa Kompasiana tak lebih dari kumpulan atau media penampung-menampung orang-orang yang suka melakukan penistaan, penginaan, caci maki di DUMAY!? atau di Kompasiana, siapa pun bisa berkomentar yang tak sesuai etika serta tak bermartabat!?

Membiarkan komentar sampah ada di kolom komentar!? dan memelihara serta membiarkannya sebagai arsip DUMAY yang tak kan hilang, silahkan .... masing-masing orang bebas untuk itu.

Bagiku, dengan mempertimbangkan siapa-siapa si Pembaca Kompasiana, maka lebih baik menghapus komentar sampah; tidak perlu membalas/meresponnya, karena akan menjadi debat dumay tak berujung, yang membosankan serta melelahkan.

Anda sakit hati, marah, jenkel, atau apalah jika komentarmu dihapus!? itu resiko. Oleh sebab itu jika tak mau sakit hati, marah, jenkel, atau apalah,  maka berikan komentar yang bermartabat.

1369274713949429494
1369274713949429494
CIRI-CIRI KOMENTAR SAMPAH
  1. vulgar, porno, seksualitas dan pelecehan seksual
  2. ancaman, benci, kebencian, permusuhan
  3. makian - caci maki seseorang maupun kelompok
  4. sentimen sara, rasis, rasialis, diskriminasi, dan sejenisnya
  5. menyerang dan penistaan terhadap individu
  6. melenceng - menyimpang jauh dari topik yang dibahas
  7. komentar spam, isi komentar yang sama dan berulang-ulang pada/di satu tulisan - artikel - lapak
13692749091071886690
13692749091071886690

SUPLEMEN

Jangan Pernah Menistakan Orang di Kompasiana

Kompasiana mendukung setiap langkah hukum yang diambil oleh Kompasianer yang merasa dinistakan atau menjadi korban cyber-bullying. Namun demikian, Kompasiana tidak bisa memberikan data sebuah akun kecuali atas permintaan resmi dari Pihak Berwenang yang sedang menangani kasus hukum terkait konten di Kompasiana

Sebenarnya, aksi semacam ini juga terjadi di kolom-kolom komentar. Untuk meredam adanya interaksi tidak sehat dalam komentar, kami sangat mengharapkan peran aktif Kompasianer dalam melaporkan komentar-komentar yang dianggap melanggar Tata Tertib Kompasiana, dengan cara mengklik tombol Laporkan yang bisa ditemukan di setiap komentar. Laporan Anda sangat berguna untuk meminimalisir beredarnya konten-konten kotor, dan kami menjamin tidak ada orang lain yang tahu apa yang Anda laporkan.

Nah, perlu pertanyakan tentang EFEKTIFITAS fitur ini; seharusnya Admin bisa bereaksi cepat terhadap adanya potensi penistaan orang ataupun tulisan yang langsung menista - mengfitnah orang lain/sesama Kompasianer.

Kompasianer bisa hapus komentar, Kompasiana, 30 November 2010

Ketika membahas soal komentar, Admin tidak memantau setiap komentar yang masuk. Yang kami lakukan hanya memoderasi setiap  tulisan yang telah tayang dan memastikan tidak ada pelanggaran konten di dalamnya. Sedangkan komentar, tidak ada moderasi apapun. Kebijakan ini diambil karena komentar masuk ke ranah Kompasianer. Artinya, setiap Kompasianer memiliki kebebasan (dan kewajiban) untuk menjaga tulisannya terbebas dari komentar-komentar yang tidak diinginkan.

Pemilik tulisan bisa menghapus setiap komentar yang masuk. Dan untuk memudahkan penggunaan fitur tersebut, mulai saat ini Anda bisa mengklik  tombol Hapus di setiap komentar yang diposting ke tulisan Anda.

Jadi, jelas bahwa Kompasianer punya hak membersihkan lapaknya dari hal-hal yang tak patut dan bermartabat.  Kita tak perlu protes terhadap hal tersebut
13692749091071886690
13692749091071886690

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun