[caption id="attachment_255823" align="aligncenter" width="500" caption="appealofconscience.org/"][/caption]13694675361585553289Lebih dari 20 ormas Islam (lihat komentar pertama) keagamaan menyatakan dukungan terhadap pemberian World Statesman Award dari The Appeal of Conscience Foundation kepada Presiden SBY. Bisa jadi dukungan tersebut muncul akibat gerakan penggalangan dari para punggawa Istana, yang sengaja dimunculkan sebagai sebagai gerakan pro istana dan sekaligus kontra terhadap para penolak SBY mendapat World Statesman Award.
Di sini, ada semacam kecurigaan (dari diriku) bahwa kalangangan Istana lah, berada di belakang mereka. Kalangan Istana sengaja menciptakan konflik horisontal untuk melawan mereka yang menolak pemberian award tersebut. Diriku juga tak tahu bahwa aksi dukungan itu datang spontan atau berdasar tidak memahami dengan jelas apa dan siapa The Appeal of Conscience.
Sebab, dari ormas-ormas tersebut, ada juga yang sering dengan terang-terangan Anti Yahudi - Anti Semit, (herannya di situ, ormas, orang-orang yang anti Yahudi, justru merelakan Presiden RI menerima Award dari Sang Rabbi Yahudi). Bukankah ada di antara ormas-ormas tersebut, yang seringkali dengan vokal melawan kebijakan SBY, termasuk teriakan mereka terhadap Densus 88 agar dibubarakan;!? untuk meniadakan terorisme di Indonesia, mereka melawan SBY, namun membela SBY agar mendapat Award dari Lembaga Yahudi (yang lebih banyak perhatian mereka kepada kepentingan Yahudi di Dunia) dari Amerika Serikat.
Mungkin saja, para pendukung SBY tersebut, tak tahu atau pura-pura tak tahu!? Rabbi Arthur Schneier, lahir di Wina, Austria, 20 Maret 1930; ia mengalami masa-masa penindasan Holocaust di Austria, selama Peran Dunia II; 1947, Arthur Schneier pindah ke USA. Pada tahun tahun 1965, Arthur Schneier mendirikan Appeal of Conscience Foundation, dalam rangka adanya kebebasan beragama dan penegakan HAM; menurut Arthur, kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia adalah nilai-nilai fundamental yang memberikan negara di dunia harapan terbaik mereka bagi perdamaian, keamanan dan kemakmuran bersama. Dalam rangka mencapai tujuan itu, Appeal Foundation, tersebut, berupaya membangun kerja sama dengnpara pemimpin bisnis, tokoh agama, politisi, dan pemimpin negara agar mereka mempromosikan perdamaian, toleransi dan meniadakan konflik etnis.
Mudah-mudahan dari para pendukung SBY agar menerima World Statesman Award, adalah mereka yang bukan pelaku Intoleransi; juga, mudah-mudahan bukan pelaku intoleransi yang mendukung Award Toleransi untuk SBY; sebab nyata-nyata SBY merupakan Bapak Intoleransi, [Karena bagiku, World Statesmen Award tersebut adalah suatu penghormatan dan penghargaan kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhhoyono sebagai Bapak Intoleransi Indonesia].
Jadinya, rakyat boleh tidak setuju; orang-orang yan concern terhadap adanya intoleransi, boleh protes; mereka yang pernah dan selalu mengalami akibat dari tindakan-tindakan kekerasan atas nama agama, atau anda boleh berseru-seru dan berteriak tanda tak setuju; semuanya tak mempengaruhi SBY untuk menerima World Statesman Award.
Sebagai seorang presiden dari negara besar seperti Indonesia, menurut para hulubalang, punggawa, dan abdi-abdinya, SBY sangat layak menerima awar tersebut. Bagi mereka, Presiden telah berhasil meniadakan sentimen SARA; ia telah menjadikan pemerintah RI berhasil melindungi minoritas, sehingga tak ada penyingkiran dan penindasan (bahkan pembunuhan) terhadap mereka.
Paling tidak melalui pidato-pidatonya, pemerintah SBY telah melakukan perhatian terhadap kekerasan atas nama agama, dan tak pernah membiarkan hal tersebut (semua hal yang menyangkut intoleransi) terjadi dan berulang kali terjadi
Dengan demikian, tak ada lagi halangan yang menjadikan Presiden mendapat World Statesman Award; dan terlihat bahwa ia nyaman dan penuh kenyamanan untuk menerima penghargaan dari lembaga Appeal of Conscience.
[Info buat anda, teman-teman saya dari Diaspora Indonesia di USA, malah menilai aneh; sebab lembaga ACF tersebut, adalah organisasi yang tak terkenal alias tak punya nama, di AS banyak lembaga sejenis yang umumnya cari dana, uang, untung melalui award-award; dan pemerintah AS pun melalui Deplu USA tidak merekomendir penerimaan Award tersebut; silahkan anda periksa siap-siapa yang pernah menerima World Statesman Award, tak ada nama-nama seperti Dalai Lama, Mandela, U Thant, Gus Dur, dan lain sebagainya].
Presiden tetap nyaman menerima World Statesman Award di atas ketidaknyaman minoritas yang mengalami intoleransi. Ketidaknyamanan (kasarnya kesengsaraan, derita, serta ketertindasan) yang dialami oleh minoritas; seperti pembantaian terhadap Ahmadiyah, Syiah, dan penutupan - penghancuran tempat ibadah; langkah intoleransi yang dilakukan secara masif, terencana, terstruktur, oleh negara terhadap minoritas, dan lain sebagainya.
Presiden tetap saja nyaman dan penuh kenyamanan untuk menerima World Statesman Award, walaupun Laporan Setara Institute dan data dari HUMAN RIGHTS WATCH REPORT 2013sangat jelas, detail, lengkap, ada sejumlah besar pelangaran HAM, tindak kriminal atas nama agama terhadap minoritas.
Jadi, .....
Silahkan anda tak setuju, protes, tersinggung, terhina, serta tak nyaman, .... Presiden tetap nyaman menerima World Statesman Award dengan penuh kenyamanan.
136946747274089471113694673591142651173
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H