13415602551403513330Kenikmatan Seks - seksual (biasanya didapat) melalui perkawinan / pernikahan, itu bisa terjadi pada manusia (laki-laki dan perempuan) yang menikah; namun bisa juga didapat dengan cara tidak biasa.” Artinya, orang bisa melakukan itu sebagai seks pra-nikah (yang melakkukan ml sebelum menikah, pada usia remaja sampai dewasa); dan seks di luar nikah (orang yang sudah menikah, namun ml dengan laki-laki atau pun perempuan yang yang bukan isteri/suaminya).
Sex pra-nikah, bisa terjadi pada mereka (pasangan) yang masih pacaran, mereka (pasangan) sudah bertunangan, atau pun laki-laki dan perempuan usia dewasa yang belum menikah (namun butuh penyaluran energi seksnya). SPN (bukan sekolah polisi negara, tapi SEKS PRA-NIKAH), bisa dilakukan dengan pacar, tunangan, ttm, atau pun dengan laki-laki dan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja sex komersial.
Sex di luar nikah, orang yang sudah menikah, namun ml dengan laki-laki atau pun perempuan yang yang bukan isteri/suaminya. Sex di luar nikah, juga tidak membutuhkan perkawinan; pada kegiatan ini, lembaga perkawinan tidak dibutuhkan - tidak berfungsi. SDLN (bukan Sekolah Dasar Luar Negeri, tetapi seks di luar nikah), bisa dilakukan oleh banyak orang yang berstatus suami dan isteri; bisa dengan teman kantor, kekasih, selingkuhan, gigolo, perempuan psk, atasan, bawahan, atau bahkan dilakukan dalam arena pesta seks yang berganti-ganti pasangan, dan seterusnya.
Bagaimana dengan Sex After Lunch atau SAL, atau dengan bahasa kesaharian bobo-bobo siang!?
13415602551403513330Pagi menjelang siang (hari ini), ku berada di salah satu hotel berbintang di Jalan Gatot Subroto - Jakarta, karena harus menantijam meeting,secara tak terduga bertemu dengan teman-teman lama yang pernah seoffice. Sempat reuni dadakan, sekitar sejam, sambil makan siang. Sekitar 13.00 an, semuanya bubar, tapi tak sedikit yang langsung kembali ke office, melainkan chek inn. Ternyata, bukan saja mereka, ada juga pasangan lainnya yang tak ku kenal. Agaknya mereka juga melakukan kegiatan yang sama, chek inn di siang hari setelah makan siang. Semua yang melihat konvoi chek inn tersebut maklum dan tanpa komentar, masing-masin seakan tak peduli, karena urusan private, jadi tak perlu bertanya, apalagi mengganggu.
Itulah sepotong kisah, yang ku saksikan - ku alami, pagi sampai siang tadi (hari ini); sex after lunch yang telah muncul sejak pertengahan tahun ‘90an di Jakarta, ternyata semakin marak, sampai sekarang, tahun 2012. Sudah tanpa malu-malu, dan menjadi biasa pada para pelaku dan penikmatnya
Sex After Lunch (SAL), telah menjadi gaya hidup, atau penyimpangan gaya hidup (?), atau entah apa namanya. Yang pasti, tak sedikit orang Jakarta melakukannya, dan dengan bukan pasangan resmi (suami isteri) atau resmi sebagai pasangan selingkuh!?
SAL merupakan salah satu contoh perilaku seks di luar nikah; dan semua orang bisa lakukan itu, sesuai dengan ukuran tebal-tipisnya uang di dompet. Jakarta, atau kota-kota besar lainnya, menyediakan banyak tempat untuk SAL, denga harga terjangkau atau sesuai kemampuan ekonomi. SAL tak mengenal usia - agama - kelas sosial, atau berbagai latar belakang lainnya. Bisa saja, di antara mereka yang melakukan SAL tersebut adalah suami - isteri - anak - saudara anda; anda tak mungkin tahu, jika tak ada pengakuan dari mereka.
SAL ternyata telah menjadi bagian gaya hidup di kalangan orang-orang tertentu, kalangan penikmat seks. Bagi mereka seks merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sebagaimana makan-minum-pakai, sehingga jika ada kesempatan, maka digunakan sebaik mungkin untuk memenuhinya. Dengan demikian, orang akan bisa menilai sampai jauh mana nilai-nilai hidup dan kehidupan yang ada pada diri para penikmat SAL tersebut.
Kini, terpulang kepada anda, mau melihat dari sisi yang mana (ada kehendak bebas manusia untuk menilai dan melihatnya), SAL sebagai pemenuhan kebutuhan seksual atau dosa. Penilaian etis - moral ada pada diri anda.
13415602551403513330Lihat/klik LINK TERKAIT
Nilai-nilai Hidup dan Kehidupan Nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan keseluruhan tampilan diri, sikap, kata, perbuatan manusia sesuai sikonnya. Nilai-nilai hidup dan kehidupan manusia biasanya dipengaruhi oleh masukan-masukan dari luar dirinya sejak kecil. Hal-hal tersebut, antara lain,
[caption id="attachment_192654" align="aligncenter" width="497" caption="doc pribadi - Abbah Jappy"]
- agama atau ajaran-ajaran agama, biasanya bersifat mutlak; artinya tertanam dan berakarnya nilai-nilai dalam diri seseorang, yang kadang telah menjadi prinsip hidupnya, merupakan akibat dari pemahaman keagamaan yang kuat dan mendalam; dan seringkali ia tidak bisa menjelaskan alasan-alasan mempunyai prinsip (yang mungkin orang lain menganggap sebagai suatu kekakuan), namun karena imannya, ia tetap pada pendiriannya
- norma atau pun kebiasaan yang berlaku dalam komunitas; norma-norma yang berlaku pada suatu komunitas biasanya bersifat warisan bersama; artinya semua anggota komunitas menyetujui dan mempraktekkannya. Karena merupakan warisan bersama, maka hal itu terus-menerus diturunkan kepada generasi berikut; dan bisa dipakai sebagai salah satu identitas bersama pada komunitas tersebut; dengan demikian, sampai kapan atau dimana pun ia berada, maka selalu mempertahankan nilai-nilai tersebut
- pendidikan formal dan informal, disiplin, latihan, bimbingan orang tua maupun guru; semuanya itu merupakan penanaman nilai-nilai yang dilakukan sejak dini oleh orang dewasa ke dalam diri seseorang atau anak-anaknya. Proses penanaman itu dilakukan secara sengaja maupun tidak, dengan tujuan tertanam nilai-nilai luhur, baik, dan benar, yang menjadikan seseorang, dapat diterima oleh sesamanya
- interaksi sosial yang membawa perubahan pikiran dan tujuan mengungkapkan kata serta melakukan tindakan
- pengalaman serta wawasan yang didapat karena adanya interaksi dengan orang lain serta keterbukaan menyerap hal-hal baru
[/caption]1341504446181792503813415602551403513330
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H