Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Nature

Parit: Tong Sampah Terpanjang

7 Februari 2012   11:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:57 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, parit adalah 1 lubang panjang di tanah tempat aliran air; selokan; 2 lubang panjang tempat berlindung (dl peperangan); 3 selokan besar sekeliling benteng (kota); 4 lombong (dl tambang); 5 alur; lekuk yg memanjang (pd kayu, papan, dsb); 6 ranjau darat; 7 terusan (sekeliling benteng);

Jadi, tanpa penjelasan panjang lebar, jika tahu/bisa membaca, maka seseorang bisa memahami makna kata parit dan tujuan (membuat) parit ada di pinggir jalan.

Kisah nyata: Ketika itu, kebetulan kediamanku ada di lingkungan yang memadai, dan masih sedikit polusi.  Pada waktu itu, tak sengaja melempar puntung rokok ke dalam parit seberang rumah (yang berjarak kurang lebih lima meter dari pintu kediaman ku); sang puntung rokok tak sempat terjerumus ke dalam parit tanpa air, dan diam di situ.  Tiba-tiba, (mungkin ketika membuang puntung, ada yang melihat), sang punya rumah, keluar dan menempel di pagar besi jangan membuang puntung rokok sembarangan.  Wou ... luar biasa. Pikir ku, hebat benar orang tersebut, ia sangat peduli lingkungan. Ternyata, hanya sampai di situ saja.

Besok, dan besoknya, cukup hati-hati soal puntung rokok. Dan, besok serta besoknya lagi,

13286129881091870739
13286129881091870739
ketika bangun pagi; pagi-pagi benar, ku terkejut dan heran. Heran karena sang penulis dilarang buang puntung rokok sembarangan, menyapu halaman rumah, kemudian sampah yang terkumpul, disapu menuju parit; besoknya, juga seperti itu, dan besoknya lagi, juga idem. Luar biasa, katanya berpendidikan, punya gelar sarjana, serta katanya punya gaya hidup modern ... ternyata seperti itu.

Itu kisah nyata, dan terjadi di Metropolitan, ada orang (dan bisa saja banyak orang) tidak pahami fungsi dan guna parit di pinggir jalan. Dan di metropolitan juga, selain sebagai tempat sampah terpanjang di dunia (ini bisa masuk Museum Rekord), ada juga fungsinya yang lain.

Parit Metropolitan, bukan saja ada air buangan rumah tangga, namun penuh dengan plastik bungkus, daun-daunan, kayu, sisa-sisa dapur, botol air kemasan, kertas, dan aneka rombeng lainnya.

Di beberapa wilayah padat penduduk (juga di Metropolitan), parit di antara gang-jalan kecil, berfungsi sebagai wc umum.  Tidak sedikit anak-anak balita, yang setiap pagi dan sore berjejer rapi membuang tinja di situ.  (Jika kita bertanya kepada orang tuanya) Bukan karena tak punya wc di rumah, tapi memang anaknya belum berani berwc sendiri; dan orang tua bisa ngobrol - nunggu bibi sayur, dan lain sebagainya, sambil jaga anaknya membuang sisa-sisa makanan tak terpakai dari dalam perutnya, membuang langsung di parit.

Parit telah beralih fungsi dari fungsinya yang sebenarnya. Multi fungsi parit tersebut, juga menghasilkan aneka sumber (polusi) bau serta bibit penyakit, sekaligus menghantar pada kejijikan lingkungan hidup dan kehidupan.  Karena multi fungsi parit tersebut, agaknya sangat bagus untuk membuang sesuatu yang lebih besar dari sekedar tinja - sampah - barang-barang bekas.

Parit atau got - selokan yang berbau busuk - jijik - menjijikan itu, agaknya paling pas dan cocok (juga) untuk membuang para koruptor ke dalamnya. (karena, sebetulnya) para koruptor itu adalah manusia-manusia sampah yang menjijikan; mereka telah melahirkan bau busuk yang sulit hilang dari dalam dirinya. Mereka adalah sampah ekonomi; sampah yang merusak sendi-sendi yang bisa memajukan masyarakat.

Parit atau got - selokan yang berbau busuk - jijik - menjijikan itu, juga paling pas dan cocok untuk manusia-manusia rasis - rasialis - radikal - preman-preman atas nama agama. Mereka tak menghasilkan apa-apa untuk manusia dan kemanusiaannya. Mereka adalah sampah peradaban dan sampah sosial; sampah yang merusak hubungan antara umat beragama.

... kini terpulang pada kita, jika ada parit di depan rumah anda, anda mau mengisinya dengan apa dan siapa ...

13267186622084567318
13267186622084567318

ABBAH JAPPY P

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun