Dan yang paling menyenangkan (buat ku) adalah Institusi Pemerintah (yang terkait) memberi izin berdirinya ormas keagamaan yang radikal - rasis - intoleran - bahkan anti negara. Ormas-ormas ini sangat jelas dan terang-terang menunjukan Islam dengan wajah brutal - wajah kekerasan - wajah intoleran - wajah anti negara - wajah diskrimanis - dan wajah tak bersahabat dengan pemeluk agama Islam (yang berbeda paham) serta mereka yang bukan Islam. Bahkan, melalui/dari ormas-ormas ini muncul mereka yang telah menjadi pasukan berani mati, yang bukan membela negara tapi berwajah teroris (bisa jadi, ada pusdiklat teroris di negeri in).
Dan lagi, dalam pengambilan keputusan politik - kebijakan pembangunan - dan lain-lain, pemerintah lebih mementingkan kelompok Islam dan daerah mayoritas Islam daripada yang lain. Dan ini, semakin membuat tidak ada pemerataan (kemajuan) pembangunan. Dan sekaligus ada stigma bahawa pemerintah telah melakukan diskriminasi dan marginalisasi terhadap agama dan umat beragama di luar Islam.  Akibatnya, tidak salah jika di sana-sini (terutama di Wilayah Timur Indonesia) muncul gerakan anti NKRI. Pada diri gerakan-gerakan itu, pemerintah adalah (identik dengan) Islam, dan Islam itu intoleran, radikal, dan tak bersahabat, ... oleh sebab itu perlu melepaskan diri dari NKRI.
Dari situ, sangat jelas bahwa PEMERINTAH RI (dhi. intitusi pemberi izin, Kementerian AGAMA, SOSIAL, KUHANKAM, dan yang terkait) yang PALING BERTANGGUNGJAWAB terhadap GERAKAN-KEGIATAN yang merusak - mempermalukan AGAMA ISLAM (yang dilakukan) oleh ORMAS-ORMAS RADIKAL tersebut. Pemerintah telah memberi izin untuk para perusak tersebut berdiri dan ada di Negeri ini; dan kadangkala membiarkan mereka berulah.
Walau ada protes - usulan - tekanan dari sana - sini, agar pemerintah membubarkan mereka, tetapi (agaknya) mereka yang berkuasa itu  tak punya telinga dan mata. Protes boleh ada, tapi tetap saja ada PEMBIARAN terhadap kelakuan para makhluk yang permalukan Islam tersebut.
LIHATLAH, ulah dan karya yang menakutkan, terjadi di Madura, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sekitar Jabodetabek, Sulawesi, Sumatera, dan daerah-daerah lain, secara merata, pelan tapi pasti ... dengan bantuan media online, media massa, media elektroni, dan lain-lain, segala bentuk kekerasan fisik - kekerasan psikhologis - kekerasan kata-kata terpancar jauh sehingga berbagai penjuru dunia mengetahui. Orang Indonesia (dan juga warga dunia) menjadi tahu dan kelakuan dan tindakan-tindakan yang merusak serta mempermalukan Islam.
Dan dampak - ekses - akibat dari ulah yang mempermalukan serta merusak tersebut, banyak orang (terutama mereka yang di akar rumput) di/pada daerah-daerah yang tertentu (terutama yang Islam sebagai minoritas), memandang - melihat - menilai Islam sebagai agama yang menakutkan - radikal - intoleran - tidak bersahabat - serta jauh dari norma-norma  keagamaan atau yang biasa ada pada umat beragama. Dan saya yakin, banyak umat Islam (yang baik) yang sedih, menangis, meringgis terhadap keadaan itu; umat yang itu tentu tidak bisa berbuat banyak (entah apa penyebabnya) ...
KINI, tergantung pemerintah, dan memang itu gaya politik Indonesia (gaya yang tak mau ada yang kuat dan besar, selain kelompok yang memerinta dan berkuasa), dengan sikon seperti ini, maka Islam akan menjadi semakin rusak di mata masyarakat  Indonesia dan dunia.
Keseluruhan ... yang ada di Indonesia  (elitenya, presidennya, menterinya, pemerintahnya, politiknya, politisinya, penguasanya, parpolnya, polisinya, tentaranya, semuanya) perlu berubah dan perubahan itu harus terjadi sekarang dan dratis.  Berubah untuk menjadikan INDONESIA lebih baik dan bertambah baik; bertambah baik untuk semua tanpa ada sekat-sekat SARA. Pemerintah juga harus menghentikan gaya politik yang membuat-tercipta kaum marginal (karena agama) di Nusantara
Abbah Jappy MP