Tiba-tiba, tersentak dan heran, mendengar dari seberang sana, pusat suara yang tidak jauh dari tempat ku duduk; Â mungkin di dalam situ ada kelompok kajian, dan lupa mematikan pengeras suara, sehingga diskusi hangat terdengar sampai jauh. Luar biasa, orang-orang dengan jidat hitam, celana cangkring, janggutan, tanpang tidak tidak senyum, tatapan mata tajam; sepintas seperti bukan orang-orang asli negeri ini.
Dengan jelas, dan saya pastikan bahwa tujuan ramainya suara tersebut, adalah memagari diri dan komunitas, agar tidak ikutan main petasan, pesta tahun baru, ucapkan selamat natal, dan ikuti gaya hidup yang bisa merusak moral, termasuk jangan lakukan sex bebas, dan seterusnya. Sampai di situ, saya suka; ku sangat suka karena dalam rangka menjaga moral, maka memang harus seperti itu.
Namun, sayangnya, dan sekali lagi amat disayangkan. Dari sumber suara tersebut, Â terdengar bahwa, "yang suka sex bebas, narkoba, pesta tahun baru plus pesta sex, petasan, gila-gilaan malam tahun baru, dan seterusnya," adalah kebiasaan yaitu orang-orang kafir, yaitu kaum nashara/nasrani, kaum salibis, kaum barat kristen, dan kaum penyembah berhala. Wouuuuuuuuuuuuuuuuuuu LUAR BIASA - LUAR BIASA dan SANGAT LUAR BIASA.
Dan dengan itu, ku semakin tersentak; dan mengangkat wajah ke arah pusat suara, kebetulan ada seorang tetangga yang mengenal ku dan ku kenal baik. Entah mengapa, ia undur dari sumber suara, dan dengan pelan mendekati ku, dan berkata, "Abbah, tadi dengar semuanya ya!?" Jawab ku, "Pasti dengar lah, khan dekat tuh." Selanjutnya ia katakan, "Maaf ya pak, kami kecolongan." Dan, ku menjawab, "Lain kali, jangan memanggil orang perusak itu datang merusak di sini. Ia hanya akan mengacaukan hubungan baik yang terbangun di sini, di kampung ini." Â Dan kemudian, kami semua diam, diam, diam; masing-masing pahami dengan diri, dan berlalu.
Jadi  teringat pada pembimbing studi Islam ku, Alm Victor Tanja dan Olaf Schumann, yang menggambarkan Islam yang damai; bahkan sangat jelas dalam ingatan bahwa, menurut Olaf Schumann, ada prospek Kehidupan Bersama Umat Kristiani dan Umat Muslim di Indonesia di Masa Depan dan akan mampu tercipta perjumpaan Kristen - Muslim dengan damai.
Memang, mereka yang suka merusak itu, tak seberapa banyak, hanya segelintir dari antara mayoritas Muslim Damai di Republik ini; tetapi militansi dan teriakan serta kegiatan yang penuh rusuh, brutal, menuduh, dan merusak tatanan kebersamaan itulah, [yang nantinya] menutup keindahan Islam serta hubungan baik umat Kristen dan Umat Islam serta Umat Beragama [yang lain, yang ada serta hadir] di Nusantara.
Hmmmmm mudah-mudahan, ada perubahan ........
Jappy Pellokila
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H