Salah satu tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya , hal tersebut tertuang dalam UU R.I No.2 Thn 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4, adalah, “mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”Ini berarti, pendidikan nasional menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual. Pendidikan juga bertugas untuk membangun kualitas manusia seutuhnya, serta segi-segi kehidupan fisik, intelek, moral, spiritual, dan sosio-kultural individu dan kelompok1. Oleh sebab itu, maka proses belajar dan mengajar yang dilakukan di sekolah harus mampu memberikan kontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan manusia.
Atas dasar itu, maka gereja-gereja melaksanakan pendidikan agama Kristen atau PAK 2. Di samping sebagai pelajaran rohani agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan rohani,sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik3, PAK yang dilakukan oleh Gereja juga sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Oleh sebab itu, PAK menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual, dan lain-lain; serta menyangkut iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus.
PAK sebagai bagian tujuan pendidikan nasional, maka harus menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual, dan lain-lain; serta menyangkut iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Karena itu, guru PAK harus mengalami proses pendidikan teologi, dengan spesifikasi pendidikan agama kristen. Ini berarti, harus ada institusi pendidikan atau perguruan tinggi -khususnya perguruan tinggi Teologi Kristen- yang khusus mendidik serta mempersiapkan orang-orang untuk menjadi guru agama Kristen secara profesional di sekolah-sekolah. Karena konteks masyarakat terus mengalami perkembangan, maka tidak semua orang bisa mengajar PAK dengan sekedar pengetahuan Alkitab yang terbatas. Ia harus mengalami proses persiapan yang matang serta kompetensi untuk mengajar yang ditandai dengan pengetahuan umum, teologi, serta mampu menjadi teladan iman.
I
NILAI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU
Masyarakat mengalami perkembangan pada semua aspek hidup dan kehidupannya, juga menyangkut perubahan nilai-nilai hidup (value) menjadikan masyarakat cenderung mengutamakan mendapat hal-hal yang bersifat materi. Sehingga kesuksesan seseorang diukur dari apa atau berapa banyak yang dipunyai seseorang, bukan dari ketentraman serta damai sejahtera dalam hidup. Masyarakat dan lingkungan telah mengalami kerusakan pada hampir semua aspek hidup dan kehidupan. Karena itu, perlu perubahan besar dalam masyarakat, terutama dalam diri mereka yang memegang kekuasaan, dan hanya bisa terjadi melaui pendidikan, khusus moral dan agama. Dengan demikian ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka memperbaiki keadaan masyarakat:
- perubahan terjadi jika muncul karena keinginan kuat dari dalam lubuk hati manusia
- sadar bahwa Tuhan Allah lah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak dan abadi
- masyarakat harus mencapai kemajuan serta modern, tetapi penuh tanggung jawab terhadap sesamanya dan lingkungan. Jika ingin mempunyai hubungan baik dengan sesamanya dan lingkungan, maka ia harus memperbaiki hampir semua cara hidupnya. Hubungan dengan sesama harus penuh dengan landasan solidaritas sebagai sama-sama insan ciptaan Tuhan Allah
- tatanan serta konsep-konsep atau nilai-nilai dalam masyarakat, juga harus mengalami perubahan
Karena perkembangan pemikiran, intelektual, kemajuan kehidupan, bahkan perubahan dalam tatanan sosial manusia, berpengaruh atau berdampak pada penilaiannya terhadap banyak hal. Karena semua aspek hidup dan kehidupan manusia mengalami perkembangan yang cepat, juga menyangkut perubahan nilai-nilai hidup (value) menjadikan masyarakat cenderung mengutamakan mendapat hal-hal yang bersifat materi. Sehingga kesuksesan seseorang diukur dari apa atau berapa banyak yang dipunyai seseorang, bukan dari ketentraman serta damai sejahtera dalam hidup. Akibatnya, Orang tua -terutama di kota-kota metropolitan- tidak menyarankan anak-anaknya agar berprofesi sebagai guru, karena tidak mempunyai prospek masa depan4.
Dengan alasan hampir sama, orang tua atau warga gereja pada umunya tidak tertarik dan menyarankan anak-anaknya agar menjadi atau berprofesi sebagai guru PAK. Guru PAK menjadi suatu dilema, dibutuhkan tetapi hampir tidak atau hanya segelintir orang yang terpanggil menjadi guru PAK. Termasuk ana-anak muda warga Gereja, profesi sebagai guru PAK bukan merupakan cita-cita. Konteks pendidikan dalam masyarakat kota dan modern, guru berhadapan dengan tantang pelayanan masyarakat kota dan modern yang kompleks. Kompleksitas kehidupan masyarakat perkotaan dan modern yang penuh dengan intrik, penyalahgunaan kekuasaan, nepotisme, kolusi, klik politik, sentimen SARA, egoistis, materialistis, ketidakadilan, dan lain-lain, merupakan konteks pelayanannya.Dalam konteks inilah, seorang guru -terutama guru PAK- harus mampu untuk menyampaikan Sabda Tuhan Allah yang konteksnya sangat berbeda dengan suasana kekinikan- agar penerima -murid-muridnya- Sabda tersebut bisa berubah.