Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KECERDASAN

19 Maret 2011   05:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:39 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335109424798233327

KECERDASAN MANUSIA

Oleh JAPPY PELLOKILA

Pada masa lalu, para filosof Yunani mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling cerdas. Namun kecerdasan itu harus dilatih agar bisa tampil keluar, serta dilihat oleh orang lain. Seseorang yang cerdas, maka ia bisa menjadi manusia seutuhnya, jika menguasai ilmu [filsafat], seni, dan olahraga; ketiga hal itu sudah ada dalam diri manusia. Di samping itu, menurut Aristoteles, manusia [yang sehat menguasai ilmu, seni, olahraga] seharusnya juga mempunyai ethoslogos, dan pathos. Artinya, ia memperlihatkan kualitas dan kapasitas yang menyangkut,

  • ethos, merupakan karakter moral yang baik dan diterima oleh siapapun, ia mampu melakukan pendekatan dengan melalui cara-cara atau perilaku hidupnya yang baik dan bermartabat
  • pathos, kemampuan membuka jalan untuk orang lain; mampu menyentuh perasaan dan emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan
  • logos, kemampuan mengukapkan kata-kata yang mampu meyakinkan orang lain, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru ataupun berkembang secara intelektual dan kecerdasannya

Jadi, ilmu, seni, olahraga harus dipadukan atau tercermin dengan [melalui] etos, pathos, dan logos, itulah kecerdasan asali manusia. Dengan demikian, mudah dipahami bahwa manusia [dan budayanya] pada masa lalu berhasil membangun peradaban yang tinggi di masanya. Peninggalan-peninggalan mereka, misalnya suku Inca di Amerika, Istana-istana megah di Mesir dan Italia, Yunani, bahkan prasati-prasasti dan Candi-candi di Thailand dan Indonesia, semuanya menunjukkan adanya local genius, yang menguasai ilmu, seni, olahraga, dan memperlihatkan bahwa mereka mempunyai ethos, pathos, dan logos.

Namun dalam perkembangan kemudian, berdasarkan temuan beberapa ahli, menurut mereka, ternyata manusia tercipta dengan kecerdasan khas, yang tidak ada pada ciptaan lainnya. Kecerdasan tersebut berbeda dengan makhluk-makhluk lain, dan karena manusia adalah Imago Dei. Temuan baru tersebut melahirkan gagasan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kecerdasan; memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan; semua orang memiliki tujuh jenis kecerdasan, yaitu linguistik atau mengungkapkan pikiran melalui bahasa; musikal atau mempunyai ketrampilan menggunakan instrumen musik; logika dan matematika, kemampuan menghitung; spasial, yang mampu menciptakan gambaran yang indah tentang banyak hal; gerak tubuh; personal; interpersonal.

Walaupun disebut temuan baru, akan tetapi jika dihubungkan dengan narasi-narasi kuno dalam kitab-kitab suci serta tulisan-tulisan pada arca-arca, candi, dan gua-gua, dan lain-lain menunjukkan bahwa manusia telah mempunyai semua kecerdasan tersebut; jadi sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Misalnya, kecerdasan linguistik, tidak ada yang mengajar bahasa-bahasa kepada manusia kuno, tetapi mereka sudah atau telah berbahasa; kecerdasan musikal, tidak ada yang mengajar Yubal, namun ia menemukan instrumen musik atau seni; manusia memakai kecerdasan logika, matematis, spasial dan tekhnologi, untuk membangun kota dan menara, bahkan perahu besar untuk menyelamatkan diri dari bencana air bah; dan juga dengan kecerdasan bahasa tubuh, personal, serta interpersonal, mereka mampu membangun hubungan satu sama lain.

Secara ringkas, kecerdasan-kecerdasan tersebut, antara lain,

Kecerdasan Linguistik. Manusia diciptakan sebagai makhluk beriteraksi satu sama lain. Salah satu cara berinteraksi adalah dengan kata-kata. Kecerdasan linguistik, dipahami sebagai kemampuan menggunakan bahasa kata-kata untuk berkomunikasi; atau kemampuan dan kreativitas yang memunculkan apa yang ada dalam pikiran menjadi kata-kata, kemudian disusun sebagai suatu sistem bahasa. Melalui bahasa, manusia mampu mengekspresikan pengalaman, apa yang dilihat, diingat, serta peristiwa-peristiwa lainnya. Pada masa kini, kecerdasan lingusitsik biasanya dimiliki pengarang, penyair, jurnalis, orator, pelawak, atau pun politisi.

Kecerdasan musikal. Yubal adalah bapak seni dan instrumen musik. Ia tidak pernah belajar dari siapapun, namun dalam dirinya ada kecerdasan musikal sehingga mampu menciptakan musik. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan musikal, biasanya memiliki kepekaan terhadap irama, nada, melodi, ritme. Mereka mampu meniru suara atau bunyi, bahkan menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan kepekaan tersebut. Pada masa kini, mereka yang mempunyai kecerdasan musikal, biasanya berprofesi sebagai komposer, konduktor, musisi, penyanyi, dan sebagainya.

Kecerdasan logika [dan] matematika. Kecerdasan logika matematika, secara sederhana, ada pada hampir semua manusia. Karena sejak dini, manusia telah mampu menghitung dan memberi kepastian tentang banyak hal. Tetapi, hanya sedikit orang mempunyai kecerdasan tinggi dalam bidang matematika. Dalam arti mereka bisa menguraikan perhitungan matematis yang rumit. Kecerdasan logika matematika mencakup menghitung dan mengukur; kemampuan statistik serta menganalisanya secara kritis; serta menyelesaikan rumus-rumus matematika.

Kecerdasan spasial. Hidup dan kehidupan manusia berada di dan dalam dimensi yang terlihat dan tidak. Dimensi yang terlihat, misalnya ada batas-batas tingi, panjang, luas, area dan arena yang terbatas secara geografis. Dimensi yang tidak terlihat atau imajinatif, ada batas-batasnya namun tidak terbentuk, misalnya tanggal, hari, waktu, era, dan masa. Dalam pikiran dan sikonnya, manusia bisa memahami perbedaan kemarin dan hari ini, namun ia tidak bisa menentukan batas geografis antara kemarin dan hari ini; manusia mampu menentukan batas imajinatif antara waktu lalu dan masa kini, dan seterusnya. Ia hanya bisa menentukan dan merasakan semuanya itu hanya ada dalam imajinasi.

Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spasial tinggi, biasanya disertai daya imajinatif cepat dan tepat. Ia dengan cepat menerjemahkan ketidakaturan benda-benda di sekitarnya [dalam dan melalui pikirannya] menjadi sesuatu yang indah dan teratur. Ia mampu mengeluarkan hasil olah pikirnya dalam bentuk gambar, diagram, lukisan. Misalnya, walau hanya dalam pikirannya, ketika melihat hamparan padang rumput dan pohon-pohon di lereng gunung-gunung, melalui imajinasinya, ia akan menggeser gunung, pohon, sungai tersebut ke tempat lain, yang menurut pikiranya lebih tepat dan indah. Bahkan ketika melihat ketidakaturan di terminal dan pasar, walau hanya dalam pikiran, ia dapat merubahnya menjadi lebih baik. Walau ia pahami bahwa dirinya dalam ruang dan waktu, namun ia [karena imajinasi spasialnya] menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu; bahkan pusat dari tata surya. Mereka yang mempunyai kecerdasan spasial, biasanya berprofesi sebagai arsitektur, pelaut dan kapten kapal, pilot, pelatih sepakbola, penata ruang, pelukis, disign grafis, dan lain-lain.

Kecerdasan Kinestik, olah gerak tubuh. Merupakan kemampuan menggerakkan anggota tubuh sekaligus mengolahnya sehingga menjadi bahasa yang menarik perhatian orang lain. Mereka mampu, mengembangkan bahasa tubuh secara optimal, dinamis, kreatif pada saat yang tepat untuk menarik perhatian, menjadi tontonan, ataupun menolak sesuatu yang tidak disukai. Pada umumnya, orang-orang yang mempunyai kecerdasan kinestik [serta trampil mengfungsikannya] adalah para atlet; orang-orang yang trampil bekerja, sekaligus mengisinya sebagai hobby dan kesenangan; mereka adalah orang-orang terlihat tidak pernah lelah karena bekerja.

Kecerdasan personal. Ketika pertama kali laki-laki melihat perempuan, ia berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki,” Manusia laki-laki [Ibrani, Adam] dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa ada kesamaan antara dirinya dengan dia yang ada di hadapannya. Adam dengan cepat memahami adanya kesepadanan antara dirinya dengan perempuan.

Hal tersebut bisa terjadi karena Adam dengan kecerdasan melihat jauh ke dalam diri orang lain. Kecerdasan personal, mampukan manusia memahami perasaan, hati, serta tempramen orang lain. Sehingga [secara relatif] mampu membangun relasi yang penuh kehangatan dan persahabatan dan apa adanya; dengan cepat mengenal dan menghargai orang lain sebagai bagian dari dirinya.

Kecerdasan intra-personal. Manusia mampu melihat jauh ke dalam diri orang lain; tetapi juga [seharusnya] dapat mengasihi, melihat, memahami, mengerti potensi serta kemampuan dirinya sendiri. Kemampuan untuk melihat, memahami, mengerti diri sendiri itulah yang merupakan bagian kecerdasan intra-personal. Kecerdasan tersebut menjadikan manusia menemukan jatidirinya secara utuh sebagai ciptaan yang mempunyai tugas rangkap di dunia. Tugas rangkap sebagai umat manusia dan sekaligus umat milik Allah. Ia mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada sesamanya di Bumi, dan sekaligus mempertanggungjawabkan semuanya itu kepada TUHAN Allah. Jadi, kecerdasan intra-personal, menghantar manusia mengenal dirinya di hadapan TUHAN Allah dan sesamanya. Sehingga, di mana saja berada, ia menempatkan dirinya dengan baik dan benar. Pada umumnya, orang yang memiliki kecerdasan intra-personal, mampu mengontrol emosi; unggul pada saat kritis dan krisis; bahkan menjadi motivator untuk orang lain, dengan hanya sedikit bersuara tetapi menunjukkan tampilan diri yang meyakinkan dan berteladan.

Pada dasarnya, manusia telah dilengkapi dengan semua kecerdasanan tersebut; akan tetapi, sejalan dengan perkembangan pikiran serta adaptasi dengan sikon lingkungan hidup dan kehidupannya, pada masing-masing orang, kecerdasan-kecerdasan tersebut mengalami peningkatan maupun degradasi.

Pada seseorang, ada keunggulan di bidang spasial, kinestik, personal namun lemah pada bidang lain; demikian juga ada orang-orang yang unggul secara musikal, namun kurang pada bidang lain, dan seterunya. Semua kekurangan dan kelebihan, kelemahan dan kekuatan, merupakan suatu kekayaan yang melahirkan dinamika dalam hubungan antar manusia-manusia serta manusia-alam sehingga hidup dan kehidupan menjadi lebih bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun