Mohon tunggu...
Agus Japloens
Agus Japloens Mohon Tunggu... -

koresponden Freelance TV \ Pecinta Alam \ Fotografer

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Wabah Penyakit Gila Rakyat Indonesia

17 Agustus 2014   19:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:19 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kompasiana / (kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="780" caption="Ilustrasi kompasiana / (kompas.com)"][/caption]

Sudah 69 Tahun Republik Indonesia MERDEKA terbebas dari para penjajah. Dalam waktu 69 tahun Bangsa Indonesia sudah cukup makan asam garam dalam mencari arah dan jatidiri dalam hal pemerintahan. Setiap 5 tahun kita selalu berusaha mencari pemimpin negri, untuk dapat menjadi Nakoda Republik ini menuju Pintu Gerbang Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang mencapai Cita-cita Seluruh Rakyat Indonesia Adil Makmur, Damai dan Sejahtera bagi seluruh Penduduk Indonesia tanpa dibeda-bedakan oleh Suku, Bangsa dan Agama.

Masyarakat Indonesia sekarang bisa dikatakan sudah Egois. Karena masuknya Teknologi Kumputer dan Handphone. Karena mereka bisa mendapatkan permainan dan komunikasi dengan orang yang disenangi saja. Kebanyakan kawan itu, bukan tetangga rumah tempat tingganya.

Permainan Tradisional yang sarat dengan rasa kebersamaan, kekompakan, dan bergantian sudah tidak mereka kenal. Contohnya, permainan Petak Umpet, main kelereng, Gobang Slodor, Benthik, Mamamia, dan masih banyak lagi.

Dari para Menteri, Pejabat Tinggi sampai anak yang masih ingusan saja, tidak bisa lepas dari namanya Handphone.

Ada sebuah sumber yang coba saya kutip, bahwa Indonesia saat ini memiliki penduduk lebih dari 248 juta jiwa, terbanyak keempat sedunia. Meski demikian, baru 45 juta yang masuk kategori kelas menengah atas versi Bank Dunia. Sementara Badan Pusat Statistik melansir warga miskin per Maret 2012 mencapai 29,15 juta jiwa. Sisanya adalah penduduk dengan daya beli di antara dua kelas sosial tersebut.

Meski mayoritas warga negara ini kondisi keuangannya "tanggung", kebutuhan pokok tidak lagi didominasi sandang, pangan, dan papan seperti zaman Orde Baru. Terbukti kebutuhan berkomunikasi menjadi salah satu yang dicari masyarakat. Indikatornya yang paling jelas terlihat adalah penjualan telepon seluler. Pada triwulan III tahun ini saja, 15,1 juta unit ponsel dikapalkan ke Tanah Air. Tanda permintaan alat komunikasi nirkabel itu sangat diminati masyarakat.

Indonesia rupanya punya banyak saingan untuk disebut sebagai negara yang rakyatnya gemar membeli ponsel. Dari analisis Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA), Indonesia baru berada di urutan kelima sejagat yang warganya gandrung pada ponsel.

Berikut daftar enam negara teratas dalam daftar CIA yang paling gandrung dengan piranti bernama ponsel:

1. China

Bisa dibilang China merupakan negara yang warganya paling gandrung membeli telepon seluler sedunia. CIA mencatat sampai akhir tahun lalu pengguna ponsel di negara itu mencapai 986.253.000 jiwa. Tetapi data CIA rupanya harus dikoreksi memasuki 2012. Pengguna ponsel di sana sudah melonjak lebih dari 1 miliar jiwa, per September lalu, berdasarkan data Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China.

Jumlah luar biasa ini tentu terdongkrak status China sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak sejagat. Meski demikian, bisa dikatakan warga China memang menggilai ponsel. Dari 1,3 miliar penduduknya, 73 persen warga memiliki ponsel.

2. India

CIA mencatat India berada di urutan kedua sebagai negara dengan pengguna ponsel terbanyak sejagat. Akhir tahun lalu, 893 juta warganya memiliki ponsel.

Jumlah itu sudah meningkat pada triwulan III tahun ini. Times of India melaporkan, pelanggan layanan komunikasi seluler mencapai 927 juta.

Peningkatannya mencapai 0,91 persen dibanding tahun lalu. Selain itu, industri seluler Negeri Sungai Gangga itu melonjak karena investasi sektor teknologi informasi yang relatif tinggi tahun lalu.

3. Amerika Serikat

Negeri Adi Daya ini termasuk pionir teknologi seluler. Namun kini status pengguna ponsel di Amerika, sudah disalip China dan India.

CIA melansir jumlah pengguna ponsel di Amerika mencapai 313.848.000. Dengan kata lain, 91 persen penduduk Negeri Paman Sam ini menggunakan ponsel.

Jumlah penjualan ponsel kabarnya sempat menyusut pada 2009 akibat krisis ekonomi. Namun kini, industri ponsel Amerika kembali bergairah.

Walau dari segi jumlah, pengguna ponsel Amerika kalah dari China, namun negara ini masih unggul soal penduduk yang memiliki ponsel pintar berharga mahal. Diperkirakan sebanyak 50 juta orang memiliki ponsel pintar yang memberi layanan browsing internet di frekuensi 3G.

4. Brasil

Penduduk Brasil terbukti tidak hanya menggilai sepakbola, tapi juga ponsel. CIA menyatakan 242.232.000 warga di sana terdaftar sebagai pelanggan jasa telekomunikasi seluler. Situs thenextweb.com melansir penduduk Brasil termasuk yang paling doyan gonta-ganti ponsel. Bahkan data mereka pada Agustus lalu menyatakan 44 persen pemilik ponsel pintar mengaku tidak segan untuk mengganti handphone yang telah mereka miliki bila ada merek baru yang menarik perhatian.

Meski jumlah penduduk kaya tidak mencapai sepertiga total populasi, pengguna ponsel pintar berharga mahal mencapai 19 juta orang. Warga Brasil menggemari ponsel yang memiliki layanan WiFi, GPS, berlayar sentuh, dan televisi digital.

5. Indonesia

Pengguna ponsel di negara ini memang belum segila Brasil soal gonta-ganti handphone, tapi jumlahnya tetap tidak main-main. CIA mencatat ada 236.800.000 pelanggan seluler di Tanah Air.

Dari jumlah itu, belum terdata berapa orang yang memiliki ponsel lebih dari satu. Namun tidak bisa dipungkiri, pasar terbesar ponsel di Indonesia adalah feature phone, alias ponsel jadul yang hanya menawarkan fungsi komunikasi dasar seperti menelepon dan SMS.

Riset dari lembaga AC Nielsen mencatat 95 pengguna ponsel di Indonesia memanfaatkan alat itu untuk menjelajahi Internet. Bahkan tidak sedikit penduduk yang memiliki ponsel, tapi tidak memiliki komputer atau laptop.

6. Rusia

Negara pecahan Uni Soviet ini turun peringkat. Enam tahun lalu, Rusia tercatat sebagai negara urutan tiga yang penduduknya memiliki ponsel.Â

Dari data CIA, saat ini "hanya" ada 236.700.000 pengguna ponsel di Negeri Beruang Merah itu.

Sama seperti Indonesia, banyak warga Rusia memanfaatkan ponsel sebagai sarana mengakses Internet. Kini, pengguna ponsel di negara itu mayoritas anak muda, di kisaran usia 18-24 tahun.

(dikutip dari http://www.telaconu.com/2013/08/inilah-negara-dengan-pengguna-ponsel.html)

Saat ini, kita selalu menggembar gemborkan tentang persatuan dan kesatuan bangsa. Tetapi faktanya semua itu hanyalah “SLOGANIS”. Para pemimpin dan Petinggi Partai di Republik ini malahan banyak yang tidak memberikan contoh bagi Generasi Mudanya. Mereka selalu berebut Kedudukan, tidak mau menggalah dan selalu membenarkan pendapat dan Egonya masing-masing. Padahal kita tahu, Kedaulatan masih tetap di Tangan Rakyat Indonesia sejak dari dulu.

Bangsa Indonesia, sudah kehilangan rasa Tepo Saliro, Tolenransi dan Tenggang Rasa. Sudah menjauh dari Musyawarah Mufakat. Padahal kata-kata tersebut sering dilontarkan pada Petinggi Negri kita.

Lihatlah Generasi Kita,... Tawuran para Pelajar dikota-kota besar seringkali terjadi. Mereka mungkin juga mencontoh para pemimpin Bangsa ini yang selalu ingin menang sendiri, tidak mau mengakui kesalahan dirinya apalagi kekalahan dirinya.

Bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang jauh dari harapan para Pejuang dan Falsafah hidup Bangsa dan Rakyat Indonesia.

Rakyat diminta Hidup Sederhana, sedangkan banyak sekali pejabat dan pemimpin hidup dengan begelipangan harta, tahta bahkan wanita. Mereka semua seakan-akan buta oleh nikmatnya dunia yang sebenarnya hanyalah fatamorgana semata.

Kenyataanya banyak sekali para Veteran Pejuang yang tersisa hidup terlunta-lunta, tidak memiliki tempat tinggal dan tidak mendapatkan Pensiun dari hasil perlawanannya melawan penjajah Jepang dan Belanda kala itu.

Sesi mengheningkan Cipta pada kita upacara bendera yang intinya kita diminta untuk berdoa dan mendoakan serta mengenang jasa-jasa para Pahlawan yang gugur, dan jasa para pejuang yang masih tersisa, hanyalah ceremonial belaka, dan hanyalah sekedar urutan rundown upacara bendera, agar upacara tersebut terkesan Komplit.

Tetapi Fakta dilapangan, berbicara lain. Masih banyak sekali saksi hidup para eks.pejuang dan para veteran perang kemerdekaan yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Disisa usia yang sudah renta dengan badan terbungkuk, terlihat jelas tulang belikat yang berbebalut kulit keriput, masih tetap tegar mencari nafkah. Tidur dikolong jembatan dan barbantal baju kebanggaan saat berjuang dulu. Dia tidak memiliki sanak keluarga, karena semua meninggal oleh Mortir Penjajah.

Kemana Rasa kemanusiaan dan keadilan serta rasa terima kasih kita kepada mereka, atas jasa-jasa dan pengorbanannya dalam merebut kemerdekaan dulu? Saya berkeyakinan, walaupun mereka tidak mau memintanya. Tetapi kita sebagai bangsa yang berasaskan Pancasila, pantaslah kita memberikan sesuatu disisa-sisa hidup para Veteran Pejuang Kemerdekaan.

Ironis sekali, mereka yang tidak ikut berjuang mengusir penjajah sekarang malah saling berebut kedudukan untuk menjadi pemimpin Bangsa. Dan ingin dicatat namanya untuk bisa dikenang generasi mendatang.

Semoga Allah SWT menyadarkan mereka yang Tamak dan Terhalang mata-hatinya.

Semoga Bangsa Indonesia tidak terjangkit penyakit Gila.

  • -Gila Pangkat, Jabatan dan Kedudukan
  • -Gila Kehormatan dan Sanjungan
  • -Gila Harta dan Kekayaan
  • -Gila Penghargaan
  • -Gila Wanita

-Tetapi saya malah takut dikatakan Gila, kalai tidak sejalan dengan mereka yang Gila

Karena sudah banyak contohnya, orang yang terbukti korupsi dan masuk bui saja, masih tersenyum dan melambaikan tangan saat diabadikan oleh wartawan. Apa tidak Gila tuh....?

Kaya lagunya Gombloh “setengah gila”

---salam----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun