Mohon tunggu...
Jan Pieter Windy
Jan Pieter Windy Mohon Tunggu... staf -

melihat dari sudut yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yesus Orang Timor? (1)

22 September 2015   10:51 Diperbarui: 22 September 2015   13:26 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


S
aat Maria dan Yusuf datang dari Soe, ditengah perjalanan Maria merasa akan melahirkan, mereka pergi ke RSU. W.Z. Yohanes Kupang dan mendapati petugas yang menginformasikan bahwa kamar sudah penuh, apalagi saat itu Yusuf tidak memiliki Kartu JAMKESDA akibat lupa didata kepala desa. Akhirnya Yusuf membawa Maria ke Pasar Kasih, disana Yesus dilahirkan dan dibaringkan diatas dedegu tempat menjual sayur pedagang dari Naioni yang baru saja digusur.

Tersiar kabar kelahiran Yesus kemana-mana, sehingga Herodes yang saat itu menjadi Gubernur sangat ingin membunuh Yesus yang menurut ramalan adalah generasi penerus bangsa ini. Menurut kabar juga Yesus adalah pembawa damai, yang akan meneriakan demokratisasi dan kehidupan yang sejahtera bagi rakyat tertindas. Namun Yesus lolos dari incaran Herodes yang ingin membunuhnya.

Setelah Yesus dewasa, banyak mujizat yang dibuatnya sehingga banyak orang percaya bahwa Dia-lah generasi penerus bangsa ini. Yesus memberi makan 5000 orang karena saat itu terjadi rawan pangan dan 39 persen anak mengalami gizi buruk. Yesus menyembuhkan orang sakit karena masyarakat tidak sanggup membayar biaya rumah sakit yang sangat tinggi, kalaupun ada JAMKESDA apotik-apotik selalu kehabisan obat-obat generik dalam resep dokter.

Yesus sempat mampir di rumah Sakeos sang pemungut cukai sehingga Sakeos bertobat, coba saja saat itu ada Gayus Tambunan, mungkin dia juga akan bertobat, tapi saat itu Gayus sementara berlibur ke Bali.

Saat Yesus tertangkap, Dia di jual oleh Yudas. Untung Yudas saat itu bukan calo TKI dari PPJTKI “X” sehingga Yesus tidak dikirim ke Malaysia menjadi pembantu rumah tangga. Yudas menjual Yesus pada kaum farisi untuk dijadikan kambing hitam kejahatan dan dosa manusia, hingga Yesus diperhadapkan di Pengadilan Negeri. Pilatus yang saat itu menjadi Hakim Ketua menunjuk apakah harus membebaskan Yesus atau Barabas sang koruptor APBD, entah Pilatus terlibat MARKUS (Makelar Kasus) atau dijanjikan proyek pemda karna Pilatus terlibat MARTEN (Makelar Tender), Pilatus akhirnya membebaskan Barabas.

Yesus dibawa ke tahanan, disana sudah ada prajurit kepolisian yang siap menginterogasi-Nya, Yesus disiksa, dipaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya, untung saja saat itu tidak ada meja sehingga kaki Yesus tidak ditindih dengan meja, untung saja saat itu Yesus tidak ditahan di TTU, kalau tidak besok paginya Ia sudah mati entah dibunuh oleh siapa tanpa melalui proses hukum.

Yesus saat itu tidak sempat meminta penangguhan penahanan, selain harus membayar pengacara yang mahal bila mengajukan penangguhan penahanan Ia harus membayar uang jaminan lima puluh juta rupiah. Yesus tetap berpijak pada kewajibannya untuk menebus kesalahan manusia, Ia memposisikan diri sebagai penjamin dari kesalahan-kesalahan manusia. Kalaupun Ia meminta penangguhan penahanan tentu akan sangat sulit, karena Yesus bukan pejabat yang bisa mendapatkan perlakuan istimewa dan kebal  hukum.

Ia tetap menjadi korban konspirasi para elit (Petinggi Agama dan Petinggi Negara), tentu saja hal itu mudah dilakukan, para petinggi negara menjanjikan Wisata Rohani ke Israel bagi Petinggi Agama, dan Petinggi Agama menjanjikan untuk mendoakan para Petinggi Negara setiap Hari Minggu agar selalu diampuni dosa-dosa mereka, karena besar sumbangan mereka bagi pembangunan rumah ibadah, yang uangnya berasal dari dana korupsi penanganan KLB Busung Lapar.

Hukuman telah dijatuhkan, Yesus mati dengan keadaan yang sangat menyedihkan diatas kayu salib. Sebelum mati Ia berpesan agar jangan dikuburkan di TPU Damai, karena walaupun namanya damai, konon kata orang lokasi pekuburan tersebut adalah daerah resapan air dan Yesus tidak mau turut mencemari air yang dikonsumsi masyarakat nantinya. Yesus dikuburkan dalam sebuah gua batu, entah lokasi guanya berada dimana kini tidak diketahui, karena banyak gua dan tempat bersejarah walaupun dideklarasikan pemerintah sebagai obyek wisata tetapi tak pernah dirawat dan diperhatikan.

Pada hari yang ketiga, Yesus bangkit dari antara orang mati, sosialisasi kebangkitannya sulit dilakukan, banyak desa belum bisa menonton televisi, radio-radio hanya menjangkau perkotaan, walaupun koran menulis namun masyarakat desa masih buta huruf sehingga kebangkitan yesus hanya bisa ketahui lewat ceritera orang-orang yang melihat penampakan-Nya.

Setelah selesai menampakan diri-Nya, Yesus naik ke sorga. Pe’u (Petrus) dan kawan-kawan ditugaskan untuk menginjili diseluruh penjuru. Mereka melakukan Sosialisasi, Workshop, FGD, Seminar Sehari, dan KPI-KPI. Ceritera kebangkitan Yesus membahana dimana-mana. Saat Pe’u dan kawan-kawan melakukan seminar di Jakarta, banyak pejabat NTT yang menghadiri, entah keikutsertaan mereka untuk mendengar kisah Yesus atau hanya sekedar menggunakan moment mencairkan SPPD dan jalan-jalan di Jakarta. Bahkan setelah seminar, diketahui banyak SPPD fiktif, ada anggaran SPPD yang dicairkan di TTS tapi orangnya tidak pernah berangkat ke Jakarta mengikuti seminar.

Di Sorga, Yesus melakukan monitoring dan evaluasi, melihat keberhasilan-Nya menebus dosa manusia. Ia sontak kaget ketika matanya tertuju ke arah Nusa Tenggara Timur, Telinga-Nya hampir ditutup mendengar kesombongan manusia yang membanggakan dosa-dosa.

Saat Siang hari di Sorga, Yesus mendengar doa seorang anak kecil yang mengeluhkan suhu daerah yang semakin lama semakin panas, doa seorang petani petani yang mengeluhkan hujan tidak turun tepat waktu, bahkan musim penghujan tidak menentu sehingga pak tani tidak sanggup menentukan waktu tanam yang tepat, bapak Boymau hanya menanam jagung secara spekulatif, sambil berharap-harap cemas semoga cepat turun hujan walau akhirnya hanya menyanyi “nina bobo” agar anaknya yang gizi buruk bisa tertidur.

Sore hari Yesus melihat wabah epidemik terjadi diberbagai belahan provinsi ini, banyak ternak warga ditemukan mati terkena wabah yang tidak diketahui sebabnya oleh masyarakat. Banjir saat terjadi hujan, dan kering saat terjadi kemarau. Sumber air hanya menyisakan lumpur, hasil panen menurun drastis, bahkan kebanyakan petani tidak dapat melihat tanamannya tumbuh akibat gagal tanam dan tanaman perkebunan warga hancur akibat wabah penyakit yang masih diteliti jenis dan cara mengatasinya oleh ahli sewaan Dinas Pertanian dan Perkebunan. Malam hari Nusa Tenggara Timur gelap akibat pemadamamn listrik bergilir dan Perusahaan Listrik empunya Negara (PLN) selalu beralasan alatnya rusak sejak tahun 1999 – 2010.

Koran pagi langganan sorga memberitakan begitu banyak Kejadian Luar Biasa Diare, Rabies, Malaria dan Demam Berdarah, Antrax dan begitu banyak bayi lahir dalam kondisi memprihatinkan akibat kurangnya asupan gizi serta begitu banyak ibu meninggal saat melahirkan. Belalang yang dulu menjadi penanda musim bagi petani kini berubah menjadi hama bagi petani. Bintang-bintang tidak lagi menunjukan kapan petani seharusnya menanam, bunyi burung “koa” yang selalu didengar sebagai perintah menanam kini sudah tidak terdengar akibat hutan yang habis dibabat.

Hutan yang sejak dulu dilindungi dan dimanfaatkan masyarakat adat sekarang telah menjadi cagar alam yang bebas dijual pemerintah pada pengusaha tambang hanya karena hak menguasai. Lahan pertanian penuh dengan lubang bekas menggali mangan, sebagian lubang yang digali justru menjadi kuburan sang penggali. Rumah bulat tidak lagi terisi jagung, saluran irigasi hanya dialiri angin tanpa air, pupuk menjadi barang langka, sementara setiap hari tiket pesawat terbang Kupang-Jakarta habis terjual kepada pejabat-pejabat yang melakukan studi banding dan bimtek. Setiap tahun catatan korupsi selalu berada pada angka rupiah berbunyi ratusan miryar.

Radio seken milik seorang malaikat memberitakan PKL diusir dari jalanan dan pasar-pasar, raskin digelapkan kepala desa, sementara rapat dewan dipenuhi bahasa-bahasa kotor layaknya preman jalanan. Hotel-hotel dipenuhi acara seminar, workshop dan FGD membicarakan tentang kemiskinan baik oleh pemerintah maupun LSM, tak tersisa depot, restoran, cafe dan warung-warung dipenuhi rapat-rapat membahas kondisi rawan pangan di Nusa Tenggara Timur.

Di saluran televisi lokal tertonton berita kepala daerah sibuk dengan mutasi pejabat serta menempatkan keluarga, kenalan dan selingkuhannya, sementara anggaran publik jauh dari otaknya. Seorang bapak menggendong mayat anaknya dari rumah sakit ke rumah hanya karena tidak sanggup membayar mobil jenazah, sementara banyak mobil pejabat diputihkan, anggaran pembelian mobil dinas terus ditingkatkan.

Saat seorang malaikat mengganti chanel ada acara berita, setiap sabtu malam jalan El Tari dipenuhi mobil dan motor mewah milik anak pejabat, sementara bapak Tius  kesulitan menjual hasil kebunnya dari kampung karena tidak ada angkutan umum. Ibu-ibu dan anak perempuan di kampung berjalan kaki puluhan kilo untuk mengambil air akhirnya acara berita terpotong iklan “sekarang sumber air su dekat”.

Setiap bulan masyarakat membeli 20 KG jatah raskin dengan harga Rp. 2000 di provinsi jagung. Kaum miskin terjerat hutang pada rentenir di provinsi koperasi, gagal panen rumput laut karena laut tercemar tumpahan minyak di provinsi kepulauan, dan bapak Lopis menjual sapinya dengan harga murah untuk membeli beras di provinsi ternak.

Tawuran antar warga, antar mahasiswa terjadi di Kota Kasih dan polisi selalu datang terlambat, ruang sidang pengadilan hanya diisi kekecewaan para pencari keadilan, banyak anak perempuan diperkosa dan dilecehkan di daerah dimana setiap minggu penduduknya selalu ramai ke gereja.

Bagian depan dan belakang media massa dipenuhi iklan dan janji politik kandidat pilkada diberbagai daerah. Birokrasi selalu mengeluhkan kekurangan staf sementara staf yang ada hanya membaca koran, berfacebook ria, atau bermain game computer selama jam kerja. Wisuda sarjana memproduksi 5000an pengangguran per tahun dan dijawab dengan janji kampanye penciptaan lapangan kerja oleh pimpinan daerah, yang diwujudkan lewat penerimaan CPNSD.

Malam saya bertanya dalam doa pada Yesus “Jangan-jangan waktu menebus Tuhan lupa menebus orang NTT??? Ohhhh Tuhan mengapa begitu cepat Engkau ke sorga”.

Tuhan tolong jawablah doa anak Mu yang kurang rutin bergereja ini. Kalau masih bisa Kau datang lagi, tolong lahirlah di Nusa Tenggara Timur, lahirlah disebuah dedegu, dan lihatlah banyak yang masih perlu Kau tebus.

Kalau Kau nanti akan disalibkan, mungkin gunung-gunung dan hutan kami sudah cukup tandus mirip golgota  dan aparat keamanan sudah cukup mampu menyiksa Mu karena sudah biasa menyiksa rakyat, pimpinan-pimpinan daerah kami juga sudah mampu berperan sebagai Pilatus bahkan Herodes. Tokoh agama kami juga banyak yang sudah pandai seperti para ahli taurat dan kaum farisi, mereka tidak lagi mengurus ibadah tetapi ramai terjun di dunia politik, bahkan banyak dari mereka justru menggunakan gereja sebagai topeng.

Tolong usir orang-orang yang berbisnis dan membungakan uang serta menjerat jemaat Mu dalam hutang atas nama gereja. Buatlah mujizat agar pemerintah dapat melek matanya sehingga dapat melihat rakyat, buatlah agar lima jagung dan dua ikan tembang  dapat memberi makan lima ribu orang, karena daerah kami sering terjadi rawan pangan.

Tapi tolong Tuhan  jangan rubah air menjadi anggur, karena kami sudah cukup mabuk anggur merah, daerah kami sulit air bersih dan ibu-ibu disini berjalan lebih dari lima kilo meter untuk mengambil air.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun