Mohon tunggu...
Januarius Yoseph Nana
Januarius Yoseph Nana Mohon Tunggu... Guru - SMP Negeri Satu Atap Raymea

Menulis merupakan partikel kecil dalam melukis kenangan, membuat sejarah, membentuk karakter. Dengan menulis pula kreasi kita tidak mengenal batas. Salam satu pena ✒

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendorong Pendidikan Inklusif dengan Paradigma Asset-Based Thinking

21 November 2024   18:17 Diperbarui: 21 November 2024   18:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kaboompics.com (Pexels/karolina-grabowska)

Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan dalam sistem pendidikan Indonesia yang mampu mengakomodir keberagaman dan hak yang sama dalam mendapatkan pelayan pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945

Pendidikan inklusi mampu menjamin setiap individu tanpa membedakan latar belakang, ataupun kondisi sosial ekonomi seseorang. Hal utama yang menjadi main problem dalam penerapan sistem pendidikan inklusif adalah bagaimana sistem tersebut menghargai dan memberdayakan segala macam bentuk perbedaan dalam mencapai fokus pendidikan itu sendiri. 

Apa itu Berpikir Berbasis Aset?

Asset-Based Thinking (Berpikir Berbasis Aset/Kekuatan)  pendekatan yang memprioritaskan pengenalan dan pemanfaatan kekuatan, potensi, dan sumber daya yang dimiliki, dibandingkan dengan fokus pada kekurangan. Dalam konteks pendidikan Indonesia, pendekatan ini relevan untuk menghadapi tantangan seperti disparitas kualitas pendidikan, keterbatasan sumber daya, dan kebutuhan akan pembelajaran yang inklusif. Dengan berpikir berbasis aset diyakini merupakan strategi yang mumpuni dalam keberlangsungan pendidikan yang inklusif.

Berpikir berbasis aset didasari pada tujuh modal utama yang harus dapat dipetakan dalam mindset-nya kita baik secara teoritis maupun logika. Berikut merupakan pemetaan tujuh komponen utama yang ada pada Asset-Based Thinking.

1. Modal Individu (Individual Assets)

Fokus pada kekuatan, bakat, keterampilan, dan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam konteks sekolah, ini mencakup:

  • Kemampuan akademik siswa.
  • Keterampilan sosial atau interpersonal.
  • Bakat unik, seperti seni, olahraga, atau kemampuan kepemimpinan.

2. Modal Sosial (Social Assets)

Mengacu pada hubungan dan jaringan yang ada di komunitas, termasuk kolaborasi antarindividu. Modal sosial mencakup:

  • Dukungan dari keluarga, teman, dan guru.
  • Hubungan antara sekolah dan komunitas lokal.
  • Keberadaan kelompok pendukung atau organisasi sosial.

3. Modal Fisik (Physical Assets)

Mengidentifikasi sumber daya fisik yang tersedia untuk mendukung keberhasilan. Dalam konteks sekolah atau komunitas, ini mencakup:

  • Bangunan sekolah, ruang kelas, dan fasilitas olahraga.
  • Perpustakaan, laboratorium, atau akses teknologi seperti komputer dan internet.

4. Modal Budaya (Cultural Assets)

Menghargai nilai, tradisi, dan kebiasaan lokal yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran atau pengembangan komunitas. Modal kultural meliputi:

  • Bahasa lokal dan warisan budaya.
  • Kearifan lokal yang mendukung pembelajaran.
  • Tradisi dan seni daerah.

5. Modal Finansial (Financial Assets)

Memanfaatkan sumber daya ekonomi yang tersedia di sekolah atau komunitas untuk menciptakan peluang. Ini bisa mencakup:

  • Pendanaan sekolah dari pemerintah atau swasta.
  • Kegiatan kewirausahaan siswa atau komunitas.
  • Bantuan material dari pihak luar.

6. Modal Lingkungan (Environmental Assets)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun