Mohon tunggu...
Januarius Yoseph Nana
Januarius Yoseph Nana Mohon Tunggu... Guru - SMP Negeri Satu Atap Raymea

Menulis merupakan partikel kecil dalam melukis kenangan, membuat sejarah, membentuk karakter. Dengan menulis pula kreasi kita tidak mengenal batas. Salam satu pena ✒

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Langkah Mundur Pendidikan Indonesia, "UN is Come Back"

17 November 2024   16:33 Diperbarui: 18 November 2024   10:11 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah terlantiknya Prof. Abdul Mu'ti, M. Ed., kembali merebak  hot issue (isu hangat) terkait akan kembali diadakannya  UN (Ujian Nasional). 

UN kembali diisukan karena dinilai sebagai sebuah alat ukur terstandar terhadap hasil akhir sebuah tes. Namun dibalik hangatnya isu tersebut muncul beberapa spekulasi berupa bantahan terhadap isu pengembalian UN yang tentunya dapat berdampak negatif sebagai sebuah kesenjangan dalam kualitas pendidikan yang perlu untuk dipertimbangkan kembali.

Hal ini dikaitkan sebagaimana munculnya konsep pembelajaran "Deep Learning" yang dimana dinilai bahwa dengan adanya UN justru sangat tidak relevan dan terkesan menjadi sebuah langkah mundur terhadap modernisasi pendidikan di Indonesia.

Deep Learning vs Ujian Nasional

Mindful, Meaningful, Joyful merupakan aspek penting dalam kerangka kurikulum baru "Deep Learning". Konsep pembelajaran Deep learning menekankan pada sistem pembelajaran secara mendalam yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran secara mendalam bukan hanya hafalan semata. 

Salah satu tujuan utama yang perlu digarisbawahi dalam konsep ini adalah menjadikan siswa lebih berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkolaborasi dalam hal keterampilan yang sangat dibutuhkan pada era modern abad 21 ini. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Pendidikan saat ini seharusnya siswa tidak hanya siap dalam melaksanakan ujian tetapi mampu menjadikan siswa berpikir secara mandiri, mampu mengatasi sebuah permasalahan nyata secara solutif, dan juga memiliki keterampilan yang adaptif.

Ujian Nasional merupakan sebuah tes terstandar yang terdiri dari soal-soal standar yang digunakan di seluruh negeri secara efektif mampu mengukur hafalan.

Namun dinilai tidak efektif dalam hal mengukur sejauh mana siswa mampu memahami konsep dan pengaplikasian. 

Kenyataannya bahwa konsep "Deep Learning" menekankan pada pembelajaran yang mendalam dan aplikatif yang besar kemungkinan sangat sulit diukur melalui ujian terstandar seperti UN.

"Budaya Belajar karena Ujian"

Masih terbayang dalam benak kita tentang proses penghapusan Ujian Nasional. UN dihapus dengan maksud mengurangi tekanan pada siswa dan agar terhindarnya slogan "Teaching to the Test" yang ketika ditelisik lebih jauh hanya akan membatasi kreativitas siswa dalam pembelajaran. 

Hal ini dikarenakan ketika UN masih menjadi patokan utama keberhasilan akhir sebuah proses pendidikan, guru dan sekolah cenderung hanya akan fokus pada materi yang diuji.

Akibatnya konsep dan ruang gerak pendidikan menjadi dangkal dan sempit yang hanya akan berorientasi pada hasil ujian, dan bukan pada proses pembelajaran yang bermakna. 

Jika UN tetap kembali diadakan, yang kita takutkan adalah akan terjadinya mindset berpikir pada pola yang lama, yang mana siswa bersama guru hanya akan fokus pada persiapan ujian, bukan pada pemahaman sesungguhnya yang ingin dicapai. Pemahaman materi secara mendalam yang menjadi inti dari konsep "Deep Learning" akan hilang akibat fokus "Lulus UN".

Ha ini akan berdampak pada berkurangnya inovasi di kelas dan memacu kembali munculnya metode belajar hafalan yang sudah tidak relevan lagi dengan konsep kebutuhan zaman.

Education for Live not for the Test

Pendidikan di era ini yang lebih menekankan pada persaingan global tidak hanya soal kemampuan menghafal dan mengingat yang sudah dilalui namun pendidikan itu harusnya sudah pada tingkatan pengaplikasian. 

Siswa seharusnya berkontribusi penuh dalam masyarakat bukan baru sebatas mengingat. Konsep pendidikan "Deep Learning" mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi secara menyeluruh terutama dalam aspek keterampilan yang tidak akan mampu dievaluasi melalui ujian yang seragam dan sejenis.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat belajar bagaimana mengidentifikasi sebuah masalah riil dan mampu mencari solusi yang relevan dan juga siswa mampu berkolaborasi dengan rekan sejawatnya dalam mencapai hasil terbaik untuk yang diinginkan bersama.

Dalam makna mendalam sebagai sebuah negara kepulauan yang beragam, Indonesia dinilai akan memunculkan keterwakilan keberagaman tersebut apabila dalam melakukan evaluasi terhadap pendidikan di negara ini mampu menyesuaikan metode evaluasi yang mewakili aspek keberagaman tersebut. 

Sebagai seorang pendidik, daripada kita menggunakan UN yang sangat terbatas pada evaluasi hafalan, kita seharusnya diharapkan untuk mampu menerapkan sebuah assessment yang lebih fleksibel dan personal.

Impian tentang Kebijakan Penunjang "Deep Learning"

Adanya UN tidak hanya sebagai langkah mundurnya pendidikan Indonesia, namun tentunya akan bertentangan dengan arah kebijakan konsep pendidikan secara mendalam "Deep Learning" yang akan diterapkan. 

Sebagai bagian dari masyarakat yang peduli akan sistem pendidikan di negara kita, sudah sepatutnya kita mampu mendorong kualitas pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Sistem pendidikan dalam konsep yang baru seharusnya tidak dibatasi pada soal kemampuan menghafal pembelajaran yang telah dilalui, namun lebih pada sejauh mana siswa mampu memahami, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan mereka.

Dengan memahami konsep "Deep Learning", kita telah memberikan ruang kepada siswa untuk menjadi long life learners (Pembelajar seumur hidup/ sepanjang hayat) sehingga mampu beradaptasi dengan berbagai macam perubahan. 

Pendidikan mendalam yang diinginkan tidak akan tercapai jika kita masih terjebak dalam conventional thinking (pola pikir lama) yang hanya berfokus pada hasil tes UN.

Harapan kita kedepannya, Pendidikan harus mampu mengutamakan hingga menciptakan ruang belajar bagi siswa untuk mengekspresikan dirinya dan mampu tumbuh sebagai individu yang kritis, kreatif, dan inovatif dalam kehidupan nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun