Pada modul 1.3, Visi Guru Penggerak yang berfokus pada pengembangan murid sebagai pusat pembelajaran, memiliki keselarasan yang kuat dengan peran pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya di sekolah. Melalui visi tersebut harapannya dapat mendorong guru memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi setiap murid. Kemudian Berinovasi dalam penggunaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari murid. Tidak lupa untuk melibatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait penggunaan sumber daya. Hal ini sejalan dengan konsep pemimpin pembelajaran yang efektif, di mana pemimpin tidak hanya sekadar mengelola sumber daya, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya tersebut digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Pada modul 1.4, Budaya positif di sekolah merupakan pondasi yang kuat untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung. Ketika budaya positif tertanam kuat, pengelolaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien. Kemudian dengan budaya positif setiap anggota komunitas sekolah merasa memiliki dan bertanggung jawab atas sumber daya yang ada. Hal ini mendorong mereka untuk menjaga dan merawat sumber daya dengan baik. Kemudian mendorong kolaborasi antara guru, murid, dan staf, serta masyarakat dalam mengelola sumber daya. Hal ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya secara optimal dan kreatif.
Pada modul 2.1, Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap murid memiliki gaya belajar, minat, dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif, diperlukan pengelolaan sumber daya yang baik dan cermat oleh pemimpin pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan beragam jenis sumber daya, baik itu materi ajar, alat bantu, maupun teknologi. Pemimpin pembelajaran harus memastikan bahwa sekolah memiliki sumber daya yang cukup dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid. Dengan demikian, setiap murid dapat mencapai potensi terbaiknya.
Pada modul 2.2, Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) mengajarkan murid tentang empati, kerjasama, dan rasa hormat. Nilai-nilai ini menjadi fondasi bagi terciptanya budaya positif di sekolah. Budaya positif yang kuat akan mendorong murid untuk menjaga dan merawat sumber daya sekolah dengan baik. Kemudian melalui pembelajaran PSE, murid diajarkan tentang tanggung jawab atas tindakan mereka. Hal ini mendorong murid untuk bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya sekolah. Selain itu, Lingkungan belajar yang aman dan inklusif sangat penting untuk mendukung pembelajaran sosial emosional. Pemimpin pembelajaran dapat menciptakan lingkungan seperti ini dengan membangun hubungan yang positif dengan murid, guru, tenaga kependidikan dan masyarakat.
Pada modul 2.3, Coaching ini memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemanfaatan sumber daya secara optimal. Melalui coaching, guru dapat diajarkan cara memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan efisien untuk mendukung pembelajaran. Kemudian mendorong guru untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi dan mengembangkan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid dan sumber daya yang tersedia.
Pada modul 3.1, dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada, tentu diperlukan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, berdasarkan pertimbangan terkait 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan konsisten dilakukan. Melalui proses tersebut, pengelolaan sumber daya akan menjadi efektif dan efisien serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran yang berpihak pada murid.
Hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti modul ini, serta pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini
Harus saya akui bahwa sebelum mengikuti atau mempelajari modul ini, di sekolah saya masih fokus terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada diri saya, murid, pimpinan, maupun sekolah. Kemudian belum memahami dan mengenali aset/modal yang ada di sekitar saya serta strategi dalam memanfaatkan aset-aset yang ada di sekolah.
Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, saya memahami dan menyadari sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak hanya fokus memikirkan kekurangan atau kelemahan yang dimiliki sekolah, tetapi mulai mengubah sudut pandang pada kekuatan aset/modal yang dimiliki untuk dapat dikelola dan dimaksimalkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada murid dan mendukung program-program sekolah.
Kemudian sebagai pemimpin pembelajaran, kemampuan untuk mengelola sumber daya secara efektif dan efisien akan sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang terjadi di sekolah dan pencapaian visi dan misi sekolah itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H