Mohon tunggu...
Januariansyah Arfaizar
Januariansyah Arfaizar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STAI Yogyakarta - Peneliti PS2PM Yogyakarta - Mahasiswa HES Prodi Hukum Islam Program Doktor FIAI UII

Bermanfaat dan Memberikan Manfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Boikot sebagai Sikap Moral, dengan Langkah Tepat Bentuk Keadilan dan Kemanusiaan

8 November 2024   15:51 Diperbarui: 18 November 2024   10:28 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga saat ini, serangan Israel terhadap Palestina belum berakhir, dalam sebuah rilis saat ini Israel telah mengalami kekacauan ekonomi.

Aksi boikot terhadap Israel masih berlanjut, di Indonesia masyarakat memboikot terhadap produk-produk yang terafiliasi mendukung Israel.

Boikot tidak hanya soal menjauhkan diri dari produk atau merek tertentu, boikot merupakan sebuah ekspresi moral dan bentuk perlawanan damai terhadap ketidakadilan. 

Dalam konteks global, boikot seringkali menjadi simbol kekuatan masyarakat sipil untuk mempengaruhi perubahan tanpa kekerasan. 

Agar memiliki dampak yang konstruktif, tindakan boikot harus dilakukan secara cermat, dengan kesadaran penuh akan kebenaran informasi serta dampaknya terhadap berbagai lapisan masyarakat.

Sebagai langkah awal, sangat penting bagi kita untuk memastikan bahwa informasi mengenai produk yang akan diboikot benar adanya, apakah perusahaan tersebut benar-benar mendukung entitas yang terlibat dalam penindasan atau konflik yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. 

Banyak dari kita yang mungkin tergerak untuk memboikot produk yang dituduh mendukung Israel dalam konflik dengan Palestina, misalnya. 

Tindakan ini harus dilandasi bukti kuat agar tepat sasaran. Informasi yang tidak akurat dapat berujung pada kerugian bagi perusahaan atau pihak yang sebenarnya tidak terlibat, yang malah bisa merugikan pekerja atau masyarakat lain yang juga berhak mendapatkan keadilan.

Selain itu, boikot memiliki konsekuensi yang kompleks dan berlapis. Ada rantai dampak yang meluas, dari para pekerja di tingkat produksi hingga jaringan distribusi yang mungkin hanya menjalankan tugasnya tanpa keterkaitan langsung dengan konflik yang dipermasalahkan. 

Langkah ini harus mempertimbangkan secara luas apakah ada cara untuk tetap memperjuangkan nilai tanpa menghukum orang-orang yang tidak terlibat. Ini adalah bagian dari tanggung jawab moral kita untuk mengutamakan keadilan dan tidak hanya menjadikan boikot sebagai sekadar reaksi emosional.

Dalam Islam, aksi boikot yang adil dan benar adalah sebuah jihad moral. Langkah ini tidak hanya berfokus pada tindakan ekonomi semata, melainkan mengacu pada prinsip-prinsip maqashid syariah atau tujuan syariah, yaitu menjaga keutuhan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. 

Boikot yang tepat berarti kita berupaya melindungi hak-hak kemanusiaan tanpa melanggar etika dan nilai-nilai Islam. 

Rasulullah SAW sendiri dalam sejarahnya juga pernah melakukan boikot dalam peristiwa Hudaibiyah, di mana langkah ini bertujuan untuk menghindari konflik fisik dengan kaum Quraisy yang saat itu menghalangi umat Muslim.

Dengan strategi yang cermat dan informasi yang valid, aksi boikot bisa menjadi alat yang efektif untuk mendesakkan perubahan. 

Sebagai masyarakat dunia yang peduli, kita bertanggung jawab untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dengan cara yang tidak mengorbankan pihak lain yang tidak seharusnya terkena dampaknya. 

Tindakan boikot yang dilakukan dengan benar akan menjadi simbol perlawanan moral yang konstruktif, sementara pemboikotan yang gegabah hanya akan memperlemah kekuatan moral aksi ini.

Mari kita bersama-sama memastikan bahwa langkah-langkah boikot kita sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, menjunjung tinggi kebenaran, dan membawa perubahan yang diinginkan. 

Dalam boikot, terdapat kekuatan yang bukan sekadar tindakan ekonomi, melainkan sebuah langkah moral untuk dunia yang lebih adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun