Mohon tunggu...
Januar Eko Saputra
Januar Eko Saputra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang manusia yang sedang berproses menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Pahlawan yang Mulia

12 November 2012   02:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:36 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_208877" align="aligncenter" width="450" caption="guru mendampingi gambar dari http://agungsulistyo.blogspot.com"][/caption]

Saya  pernah memberikan pelatihan motivasi untuk adek-adek TPA di salah satu daerah di Kulonprogo. Pada saat itu saya bertanya kepada adek-adek tentang cita-cita mereka. Ada yang menjawab ingin jadi Dokter, ingin jadi pemain sepak bola, ingin jadi pengusaha, ingin jadi petani, bahkan ada yang ingin menjadi tukang bakso, memang unik cita-cita adek-adek. Tapi tetap kita harus memotivasi dan mendoakan mereka. Namun ada satu adek yang mempunyai cita-cita berbeda dengan yang lainya. Ketika saya tanyakan apa cita-cita adek, adek itu menjawab, “Saya mau jadi guru mas”. Lalu saya bertanya lagi, “Kok jadi guru dek, nggak ingin ya jadi Dokter atau jadi perawat, kalau mas boleh tahu, kenapa adek mau jadi guru?” sang adek menjawab polos sambil agak malu-malu,”Guru itu kan mulia mas”. Sejenak saya kagum dengan adek yang satu ini, ia punya cita-cita yang sangat mulia, yaitu jadi guru. Dalam  hati saya berucap, “Anak kecils aja tahu kalau pekerjaan guru itu adalah pekerjaan yang sangat mulia”.

Guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa, dan karena tanpa tanda jasa itulah, wajar kalau apapun yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajarkan banyak ilmu, harus kita hargai dan kita hormati. Manfaat yang didapat seorang siswa atau murid ketika ia sangat menghormati guru mereka adalah akan sangat mudah menerima ilmu yang diberikan oleh seorang guru. Pada saat saya SMP saya sangat menghormati dan menghargai seorang guru, walau setiap guru mempunyai karakter yang berbeda, namun saya tetap menghormati mereka sehingga merekapun senang kepada saya. Bajkan di luar sekolahpun ketika saya dan teman-teman ingin menginap dan belajar di rumah guru, mereka dengan senang hati menerima kami. Dan sampai sekarang saya benar-benar bersukur karena saya mempunyai guru-guru seperti mereka hingga akhirnya dari kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMP saya selalu mendapat juara 1. Ketika saya mengingat mas-masa SMP saya selalu berkata di dalam hati, tanpa mereka saya tidak kan menjadi sesuatu yang hebat seperti saat ini. Saya selalu menjadikan guru-guru saya sebagai motivasi dan penyemangat dalam belajar. Saya sangat senang ketika bisa membuat guru-guru saya tersenyum bahagia karena prestasi yang saya ukir.

[caption id="attachment_208878" align="aligncenter" width="307" caption="guru mengarahkan gambar dari http://apakabarpsbg.wordpress.com"]

13526870011023531845
13526870011023531845
[/caption]

Hal yang menonjol dari guru-guru saya adalah, mereka tidak hanya sekedar mengajar, tapi mereka juga mendidik. Cara-cara mereka mendidik kami sangat luar biasa. Kepala sekolah kami banyak mengajarkan sesuatu yang tidak kami pelajari kelas. Setiap waktu gotong royong, Bapak Kepala Sekolah kami sering mengajari kami bagaimana cara mengecat yang baik, juga mengajari kami cara memasang batu bata dengan semen, juga mengajarkan bagaimana membuat pagar yang bagus dan kuat, dan beliau juga mengajarkan cara berkebun yang baik. Saya pikir Bapak kepala sekolah kami sangat luar biasa. Kami dapat banyak hal ketika masih SMP. Kemudian guru-guru kami juga seperti itu. Pernah pada saat saya akan melakukan ujian tes masuk sekolah unggulan di Provinsi Riau, guru saya Bapak Ali Muchsin mengantarkan saya dengan motornya ke lokasi ujian. Pada saat pulang dari mengantar saya, ban motor beliau bocor di tengah jalan, padahal pada saat itu jarak tempuh antara sekolah kami dengan lokasi ujian harus memakan waktu 2 jam perjalanan. Belum lagi jalan-jalan yang masih dikelilingi hutan, tidak ada tamba; ban, dan beliau harus jalan kaki belasan kilometer untuk sampai ke sekolah. Dan pada saat saya selesai ujian, beliau ternyata sudah siap di lokasi untuk menjemput saya. Saya begitu takjub dengan beliau, tidak ada kesan wajah lelah, yang ada hanya senyumnya saat menyambut saya. Pada saat itu saya berdoa, agar segala perjuanagn beliau tidal sia-sia. Dan Alhamdulillah, saya lulus ujian tes tahap pertama dengan mengalahkan ratusan ribu peserta dari bergabai macam daerah di Provinsi Riau. Saya sangat senang sekali, begitu juga guru saya. Bahkan sempat beliau menangis karena begitu senang dan bahagianya.  Saya senang karena tidak menyia-nyiakan segala pengorbanan beliau.

13526870841468092744
13526870841468092744

Lain lagi dengan guru IPS saya, Ibu Khomsiyah. Sifat sabar dan keibuan beliau bisa menyihir satu menjadi sangat hormat dengan beliau. Begitu juga dengan guru-guru lainya. Saya merasa sangat beruntung bisa di ajar dan di didik oleh guru-guru hebat seperti mereka, yang mempunyai ketulusan, yang mempunya jiwa pahlawan, hingga mengorbankan apapun untuk kepentingan murid-muridnya.

Saya termasuk orang yang sangat risih dengan  beberapa informasi media yang memberikan berita tentang kekerasan seorang guru ke anak didik. Semakin banyak informasi-informasi itu dipulikasikan oleh media, maka tingkat kepercayaan masyarakat ke guru akan semakin tipis, tentu ini sangat disayangkan dan sangat menyedihkan. Saya setuju bahwa guru tidak boleh melakukan kekerasan fisik, namun setidaknya sekolah harus bertindak tegas terhadap kenakalan-kenakalan anak didiknya. Ketidaktegasan sekolah dalam mendidik siswa-siswanya akan berimbas pada sikap tidak menghormati siswa kepada guru mereka. Saya bersyukur pada saat saya sekolah dulu aturan sekolah begitu tegas, dari kepala sekolah hingga guru-guru ikut memantau dan tidak malu-malu untuk memberikan hukuman bagi siswa yang tidak patuh terhadap aturan. Bagaimanapun juga aturan yang tegas dari sekolah akan bisa membentuk karakter seorang anak.

Jika ada permasalahan-permasalahan dengan seorang anak, tidak sepenuhnya orangtua menyalahkan sekolah khususnya seorang guru. Peran orangtua dalam pembentukkan karakter anak sangat besar sekali, karena bisa jadi nakalnya dan tidak patuhnya seorang siswa terhadap peraturan sekolah disebabkan karena proses pendidikkan di dalam keluarga tidak berjalan baik. Sehingga banyak anak di sekolah tidak menghormati guru-guru mereka.

Bagi saya guru tetaplah mulia walau banyak media mengabarkan akan penganiayaan dan sebagainya. Namun ini bisa menjadi evaluasi terhadap semua, baik guru maupun orangtua agar benar-benar serius dalam mendidik seorang anak. Maka dari itu guru dan orangtua adalah teladan bagi seorang anak, sikap dan tabiat seorang guru dan orangtua akan menentukan pula karakter seorang anak. Robert Fulghum mengatakan, “Jangan mengkhawatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, khawatirkanlah bahwa mereka selalu mengamati Anda”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun