[caption id="" align="alignleft" width="399" caption="Gambar di ambil dari www.tommyzor.com"][/caption] Tunggu dulu, jangan langsung menyimpulkan bahwa saya anti kuliah atau mengajari anda agar jangan kuliah atau jangan sekolah. Ini hanya untuk menganalisis dan melihat secara nyata dikehidupan kita, bahwa dunia dan isinya memiliki keunikan tersendiri. Contohnya manusia, berbagai macam karakter dan berbagai macam gaya menuntut ilmu menjadi kekayaan dunia dan isinya yang patut kita hargai. Yang ingin saya katakan adalah, tidak selamanya gelar dan ijazah menjamin seseorang untuk sukses dan bermanfaat bagi banyak orang.
Beberapa orang-orang sukses yang tidak pernah sekolah adalah Adam Malik, Andrie Wongso, Buya Hamka(Ia adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Hamka mendapat pendidikan di Sekolah Dasar Maninjau hingga kelas dua), M. H. Ainun Najib(Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM)), Purdi E Chandra(Kuliah di 4 jurusan yang berbeda. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan hingga akhirnya dia nekad meninggalkan kuliahnya. Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI)), Andy F. Noya(Pimpinan redaksi Metro TV ini belum lulus sarjana. sejak kecil dia merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis). Info mereka di dapat dari http://www.praswck.com.
Malam itu saya mengikuti salah satu tempat nongkrong-nongkrong penggemar bisnis online. Sebenarnya sih saya awalnya tidak tahu dan tidak punya niatan untuk hadir di acara itu. Tapi karena diajak oleh teman saya juga mau. Acaranya di salah satu kafe di yogyakarta. Kebetulan yang mengisi obrolan malam itu adalah seorang entrepreneur online yang cukup terkenal. Pada saat beliau membuka acara, beliau mengatakan mau jadi apa setelah lulus kuliah? He, ada yang mengatakan kerja, jadi pns, dan menjadi entrepreneur. Beliau mengatakan Banyak lulusan kuliah, mereka hidup tidak sesuai dengan jurusan atau profesi yang mereka ambil pada saat kuliah. Dan beliau mengatakan Nggak kuliah nggak apa-apa.
Menurut saya memang benar adanya, banyak teman-teman saya yang telah lulus kuliah hampir semua ilmu yang ia dapat di kampus tidak dibutuhkan ketika ia kerja atau tidak di kampus lagi. Malahan yang terjadi adalah ilmu yang sudah di pelajari dikampus dengan mengeluarkan banyak uang untuk membayar SPP, hanya untuk menjadi orang yang sukses. Dan ternyata untuk orang yang sukses tidak memakai ilmu kanuragannya yang ia dapat di kampus. Benarkah? Benar tidaknya teman-teman saya banyak yang seperti itu.
Dan yang lebih parah lagi adalah ketika lulus maindset yang dibangun adalah lulus kuliah cari kerja. Wajar kalau angka pengangguran di Indonesia sulit sekali untuk ditekan. Maindset yang harus dibangun seharusnya adalah Lulus kuliah buat lapangan kerja yang baru. Atau sebelum lulus kuliah saya harus punya perusahaan yang bisa menyerap tenaga kerja. Nah itu baru Cakep.
Saya tidak tahu secara jelas bagaimana kampus-kampus di Indonesia membentuk karakter mahasiswa dengan karakter mental entrepreneur, apakah sudah diterapkan atau hanya sebatas teori. Buktinya masih banyak pengangguran intelektual tiap tahunnya. Dan mahasiswa-mahasiswa pengangguran malah menjadi beban bangsa ini, yang seharusnya mahasiswa menjadi penyelamat bangsa dengan mengahasilkan kegiatan-kegiatan positif untuk membantu bangsa ini terhindar dari keterpurukan.
Adalagi, seorang teman yang dirinya bahkan adik-adiknya hanya menamatkan sekolah sampai SMP. Apakah ia tidak punya biaya untuk sekolah? Tidak, dia hanya mengatakan "School is BullShit". Dia mengatakan sekolah hanya omong kosong. Lalu apakah ia sekarang jadi orang susah? juga tidak, ternyata ia benyak belajar di dunia luar dan bisa hidup mandiri dengan ilmunya.
Lalu apa yang terjadi dengan sistem pendidikan kita? Apa yang salah? yuk kita reningkan bersama. Jika ada yang mengatakan rakyat indonesia bodoh? saya sangat tidak setuju. Lalu mengapa banyak ilmuan-ilmuan hebat indonesia yang malah dihargai di luar negeri dari pada di Indonesia? Mari kita renungkan.
Pernah juga saya melakukan obrolan-obrolan ringan dengan teman mahasiswa, kebetulan kami bersama-sama kuliah di jurusan IT. Di jurusan IT ada lagi penjurusan lainnya, ada multimedia, sistem informasi, web & internet, dan mobile programming. Teman saya bingung, mana yang di pilih, karena di saat ambil salah satu penjurusan tetap harus mengambil mata kuliah lain yang membuat tidak fokus untuk menekuni penjurusan yang ada. Mengapa matakuliah yang diambil tidak diarahkan  konsen dan fokus ke penjurusan itu saja sejak semester awal? Saya sekedar mengangguk-angguk tanda mengerti kesulitan yang dihadapi teman saya.
Ada juga yang Lulus kuliah dalam jangka waktu 7 tahun. Apakah ia bodoh? tidak, kalau mau 4 tahun masa kuliahnya ia sudah di wisuda. Tapi ia mengatakan "Saya iingin menjadikan kuliah sebagai madrasah" jadi 4 tahun tidak cukup buat saya. Dan selama 3 tahun sisa ia manfaatkan dengan aktif di LSM dan sibuk melakukan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Jangan salahkan mereka yang mengatakan kuliah nggak penting, sekolah nggak penting, tapi realita yang terjadi sebenarnya adalah ada apa dengan sistem pendidikan kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H