Petikan dua kalimat di atas adalah bagian dari catatan facebook saya berjudul "Mamak, Tanah Suci Menunggumu" yang saya tulis pada tanggal 10 Februari 2015, dua tahun lalu. Beberapa untaian kalimat setelahnya yakni:
Mamak kini baru kulakan di pasar Muntilan, sbentar lagi akan pulang, sepertinya beliau belum sempat istirahat siang tadi,
Pernah engkau mengatakan kepada putramu ini, engkau ingin sekali ke tanah suci. Engkau ingin sekali pergi haji.
Engkau ingin sekali bersama bapak ke sana, engkau ingin mencium hajar aswad.
Engkau ingin mendekatkan diri di tanah suci, mengunjungi tanah kelahiran para nabi.
Â
Engkau mempunyai mimpi itu,Pergi haji ke tanah suci bersama kami semua,
Kami mendengar keinginan itu, Kami mendoakan yang terbaik atas doa itu,
Â
Kami yakin setiap mimpi pasti ada jalan,Karena Allah maha memberi jalan terbaik,
Bagi hamba-Nya yang mau bersungguh-sungguh, Bagi hamba-Nya yang mau berdoa setiap waktu,
dan tentunya bagi hamba-Nya yang senantiasa bersyukur.
Â
Mamak, tanah suci telah menunggumu...Semoga kelak putra putrimu ini bisa mewujudkan mimpi muliamu,
Semoga kita bisa berangkat ke sana bersama, InsyaAllah, Allah akan memberikan jalan terbaik dan keteguhan niat.
Sehat selalu mamak, bapak, adek, simbah, dan keluargaku yang diberkahi Allah...
 Robbana aatina fiddunnya hasanah, wafilakhirotihasanah, waqina 'adzabannaar...
Putramu yang ingin membuatmu tersenyum,
Hari ini, menjadi sebuah hari bahagia bagi keluarga kami tercinta, bahkan bagi masyarakat Indonesia tercinta. Sepuluh irang tua 'hebat' diundang secara khusus untuk menghadiri acara Apresiasi Pendidikan Keluarga yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Terharu, bersyukur, dan saya sendiri sempat meneteskan air mata saat menerima undangan tersebut dari seorang pegawai KEMDIKBUD. Saya kemudian meneruskan undangan itu melelui pesan WhatsApp adek agar dibaca Mamak dan Bapak. Tidak lama kemudian kami saling bersapa melalui video call. Terima kasih atas perkembangan teknologi komunikasi saat ini.
Beliau tak henti-hentinya mengucap syukur, masih tak menyangka mendapat undangan istimewa ini. Saya yakin, tulisan rekan kami yang sedang tugas belajar di Inggris itulah yang sedikit banyak mengulas kisah perjalanan kedua orang tua kami yang berhasil membimbing saya hingga dapat sekolah di jenjang S2 ini. Terima kasih Mas Anies Baswedan yang telah menginisiasi adanya Sahabat Keluarga KEMDIKBUD yang hingga ini telah mendorong para orang tua untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya.
Bismillah, kedua orang tua saya telah didamping seorang ibu dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman untuk mengikuti serangkaian acara dari tanggal 8-10 Agustus 2017. Kali pertama Mamak dan Bapak naik pesawat, kali pertama beliau berdua ke Jakarta. Terimakasih KEMDIKBUD yang telah baik hati menanggung keseluruhan biaya, tanpa bantuan itu rasanya akan sulit bagi ke-10 orang tua untuk tiba di Jakarta.Â
Saya turut merasakan  haru biru dalam momentum bersejarah bagi keluarga kami ini, Allah memang Maha Pemberi, memberikan rezeki yang tak disangka-sangka. Rasanya ingin ikut ke Jakarta bersama kedua pahlawan saya dan adik, namun raga masih di Birmingham. Setiap momentum di Jakarta adalah sebuah pengalaman berharga bagi Mamak dan Bapak, menjadi dua sosok yang perlu kita apresiasi dari setiap perjuangannya.
Teringat saat beliau bangun jam 3, sholat Subuh, lalu berangkat ke Pasar Sleman untuk jualan sayur sampai Pkl 14.00. Kemudian Pkl 15.00 kembali ke Pasar Tempel untuk kulakan cabe dan sayuran sampai Maghrib. Sesampainya di rumah, masih mempersiapkan dagangan sampai Pkl 00.00, kadang-kadang hanya tidur tiga jam. Saat saya tidak ada tugas kuliah, saya membantu beiau berdua, kalau pas saya pulang malam ya hanya bisa bantu antar dagangan keesokan harinya. Atau kenangan saat Mamak jualan ayam, yang penghasilannya tidak menentu...saat Bapak masih jadi buruh  di sawah atau tukang bangunan? Namun karena musibah kecelakaan itu, Bapak akhirnya ikut jualan sayur di pasar. Dan kenangan-keangan lain saat saya sekolah dasar, ikut naik di atas karung cabe yang panas karena ingin ikut dagang di pasar, saat itu belum punya sepeda motor. :)
Ya, semua memori itu terekam di kepala saya, dan tertanam hingga saat ini. Dari aktivitas keseharian yang beliau berdua lakukan, saya belajar arti kejujuran...terutama saat bekerja di pasar, membiasakan untuk jujur dalam bertransaksi, jujur dalam setiap tutur kata kepada para pembeli. Kerja keras dan tanggung jawab, beliau selalu bekerja sing malam demi dapat menyekolahkan saya dan adik, prinsipnya kerja yang halal, tidak usah berhutang atau kredit sana-sini. Dan perbanyak sedekah walau kebutuhan keluarga begitu banyak.
Mamak adalah sosok yang penyabar, mendidik kami dengan kelembutan. Tidak pernah marah, tidak pernah menuntut sesuatu ini itu kepada saya. Di balik semua itu, beiiau menanamkan kemandirian serta tanggung jawab kepada saya dan adik karena sejak pagi harus mengurusi rumah dan seringkali membuat sarapan sendiri, bahkan hal sederhana seperti mencuci baju telah diajarkan sejak SD kelas 2. Terakhir, saya merasakan betul pentingnya pendidikan agama Islam yang menjadi nilai-nilai utama di keluarga kami. Awal saya ikut Taman Pendidikan Al Qur'an adalah kelas 1 SD dan saat itu saya menangis sejadi-jadinya, karena malu dilihat orang. Namun lambat laun, Mamak telah mengajari saya ngaji di rumah. Dari pendidikan agama inilah, nilai-nilai akhlak diajarkan.
Pada kesempatan ini, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memberikan apresiasi kepada kedua orang tua kami yang dengan keteguhan dan perjuangannya telah memberikan usaha-usaha terbaik untuk buah hati tercinta hingga dapat meraih studi di jenjang perguruan tinggi luar negeri. Sebuah kehormatan dan rasa syukur kami pula, bahwa ada pihak sponsor yang ikhlas memberikan hadiah umroh gratis untuk Mamak dan Bapak, masyaAllah. Saya langsung sujud syukur ketika mendengar berita itu, meangis sejadi-jadinya. Ya Rabb... insyaAllah beliau berdua akan berangkat pada awal Februari 2018. Mak, alhamdulillah Allah kabulkan doa Mamak saat dulu pernah cerita ke Janu.
Ini adalah rezeki dari  Allah yang telah diberikan melalui orang-orang baik yang telah memberikan doa dan perhatian kepada keluarga kami. Jazaakallahu khairan katsiran, kepada rekan-rekan yang selama ini telah mensupport Janu, adek Isti, Mamak, dan Bapak. Sebuah momentum bahagia ini adalah kado terindah untuk Mamak yang pada 17 Agustus 2017 esok akan genap 50 tahun.Â
Mengutip sebuah pesan dari Bapak di dalam video itu, "Pendidikan anak ini sangat penting dan uang bukanlah segalanya. Banyak orang mampu, banyak orang kaya tapi tidak berhasil menyekolahkan anaknya."Kawan, tidak perlu ragu untuk berani bermimpi, untuk terus berdoa dan berjuang. Yakinlah bahwa setiap doa dan harapan yang dipanjatkan akan Allah catat, akan Allah kabulkan...bisa dalam waktu dekat atau suatu saat nanti.Â
Melalui artikel ini pula, kami hendak menyampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh panitia Apresiasi Pendidikan Keluarga KEMDIKBUD RI 2017 serta pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan teknis jalannya acara. Tidak lupa, kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan seperjuangan yang selama ini telah memberikan support terbaik. Mohon maaf juga apabila kami ada khilaf kata maupun perbuatan. Mari terus menebar manfaat, terus berkarya untuk negeri tercinta Indonesia. insyaAllah
Birmingham, 9 Agustus 2017
Sumber foto dan video: Mas Imam, Bpk I Made Andi Arsana, Bapak Iwan, dan dokumentasi pribadi.