Didekatinya seorang wanita muda yang sedang melihat – lihat etalase toko. Tak jauh dari situ segerombolan polisi berjaga di keramaian suasana. Soapy mulai beraksi: berdehem, mengedipkan mata, tersenyum, dan merangsek wanita muda itu sambil matanya melirik ke arah gerombolan polisi yang sedang mengawasinya.
Si wanita muda itu bergeser selangkah. Soapy tak gentar dan ikut bergeser sembari mengangkat topinya dan berkata,” Maukah kamu datang dan bermain di pekarangan rumahku?”
Polisi masih mengawasi. Dalam bayangan Soapy ia sudah bisa merasakan hangatnya tidur di penjara. Tiba-tiba wanita muda itu menatapnya, mencengkeram lengan jaketnya dan berkata,” Tentu Mike. Kita bicarakan nanti, Polisi sedang mengawasi kita.”
“Gagal maning ...gagal maning ....”, demikianlah keluh Soapy ketika tahu si wanita muda itu jauh dari merasa dilecehkan. “Oalaaah arep mlebu penjara be angele pooor!!!”
Demikian singkat cerita, hingga si Soapy mencoba berlagak mabuk, membuat gaduh, dan seorang polisi menganggapnya wajar karena waktu itu bertepatan dengan selesainya pertandingan football dimana Yale mengalahkan Hartford College. Sampai usaha terakhir mencuri payung di sebuah toko rokok dan pemilik payung itu akhirnya mengiklaskan.
Soapy mati gaya, putus asa, impiannya berlibur di pulau impian gagal sudah. Di akhir cerita O Henry menggambarkan Soapy duduk terpekur di sebuah gereja tua. Saat itu malam telah larut, bulan di atas awan, udara dingin menusuk kulit, dan orang lalu lalang tinggal beberapa. Di sana ia mendengar dentingan organ gereja yang membawa suasana religi ke dalam hatinya. Ingatannya kembali ke masa kecil yang penuh dengan keindahan bersama keluarga dan teman-temannya. Masa dimana segala cita-cita, harga diri, dan optimisme jadi panglimanya.
Ia merasakan sebuah semangat hidup baru mengaliri nadinya. Suasana ini benar-benar membawa perubahan dalam jiwa Soapy. Mulai besok dia tak mau lagi menjadi gelandangan. Ia akan memerangi takdir kesengsaraan ini. Memerangi setan yang selalu membujuknya. Ia ingin meraih harga dirinya kembali sebagai laki-laki. Ia masih cukup muda. Besok Ia akan menghubungi seseorang yang pernah menawarkan pekerjaan untuk menjadi supir di perusahaan impor di daerah downtown. Dia akan menjadi seseorang (yang berguna) lagi di dunia ini....
Tiba-tiba Soapy merasakan seseorang menepuk pundaknya, ternyata seorang polisi. (O Henry sering membuat “twist” dalam ceritanya)
“ Sedang apa di sini? ” tanya Polisi.
“ Nggak ngapa-apa,” jawab Soapy
“ Ayo ikut,” kata Polisi.