MALANG - Menghadang tantangan perkembangan zaman di bidang jual beli produk, Kelompok FBD 17 JANTRAÂ (Journey Arancia of Unveiling Triangle) menggerakan program kerja pelatihan e-commerce kepada masyarakat Blayu. Program kerja bertajuk "Digitalisasi Pasar: Pelatihan Pembuatan dan Pengelolaan E-Commerce sebagai Sarana Penjualan Produk Kerajinan Mendong" ini ditujukan langsung kepada para pengrajin Mendong sebagai upaya penyesuaian pasar yang kompetitif di era digital melalui aplikasi penjualan digital, Shopee.Â
Beradaptasi terhadap pasar digital memang merupakan tantangan bagi semua wirausahawan, tak terkecuali para pengrajin tanaman Mendong di Desa Blayu. Tanaman yang merupakan ikon utama dari Blayu ini sebelumnya memang dipandang sebagai sumber pendapatan ekonomi utama oleh warga sekitar. Namun, hadirnya pandemi COVID-19 pada beberapa tahun silam menutup potensi tanaman Mendong untuk dikenal di pasar yang lebih besar.
Melihat adanya kesempatan yang besar di bidang tersebut, Kelompok FBD 17 Universitas Brawijaya menggiatkan kegiatan yang mampu menunjang penjualan kerajinan Mendong dan kembali merevitalisasi Mendong sebagai tanaman maskot representatif Desa Blayu. Hal ini direalisasikan melalui pengajaran serta pelatihan terkait e-commerce serta fitur-fitur aplikasi Shopee yang dapat mendukung penjualan produk kerajinan Mendong. Meskipun berhasil menggaet beberapa pengrajin untuk beradaptasi pada pasar digital, hal ini tidak menghadang timbulnya tantangan dan permasalahan dalam proses persiapannya.
Program kerja utama kolaboratif antara mahasiswa FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) dengan FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Brawijaya ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang menunjang kesuksesannya. Semangat pelaksanaan program kerja ini awalnya merupakan sinergi yang ingin dikerjakan secara kolektif bersama dengan Karang Taruna Desa Blayu, di mana mereka akan dilatih secara mendalam terkait penggunaan e-commerce dan tata cara pengelolaannya. Iwan, Ketua Karang Taruna Desa Blayu pun ikut serta menyampaikan undangan yang diserahkan secara langsung kepada para anggotanya. Namun, sinergi yang diharapkan hadir di tengah pihak Karang Taruna terhadap program kerja ini tidak berhasil tersampaikan kepada pemuda-pemudanya. Sehingga pada Sabtu (13/07), pelaksanaan program kerja berupa sosialisasi e-commerce hanya dihadiri oleh pengrajin saja.
Meskipun tidak berhasil menghadirkan peran pemuda dalam pelaksanaannya, penyampaian materi serta pengajaran e-commerce tetap dapat dilaksanakan dengan baik. Berdasar dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, anggota Kelompok FBD 17 JANTRAÂ mampu menyampaikan sekaligus mengajarkan tata cara pembuatan toko serta tips and tricks pemasaran pada aplikasi Shopee. Akan tetapi, melihat kurangnya partisipasi masyarakat, baik itu pengrajin maupun pemuda, program kerja ini kemudian dikembangkan kembali untuk menyesuaikan dengan situasi yang ada. Dengan itu, lahirlah metode Door to Door.Â
Upaya adaptasi memanglah tidak mudah dilakukan dengan hanya menyampaikan materi ataupun sosialisasi semata. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan yang mampu memberikan pengetahuan secara mendetail. Metode Door to Door merupakan metode yang dilakukan dengan mengunjungi rumah pengrajin Mendong dan memberikan pelatihan secara langsung dengan proses praktik serta hasil yang nyata. Pada 17 Juli 2024, para anggota memulai kegiatan pelatihan dengan mengunjungi rumah pengrajin. Pelatihan berhasil dilaksanakan dengan lancar melalui pembuatan akun toko Shopee siap pakai hingga penggunaan fitur-fitur seperti Coret Harga dan Gratis Ongkir kepada lebih dari 5 pengrajin Mendong.
Di balik kesuksesan program kerja ini, tidak dapat dipungkiri terdapat tantangan-tantangan yang mengancam jalannya kegiatan, baik secara internal maupun eksternal. Namun, meskipun menjadi hambatan, hal-hal inilah yang kemudian menjadi realita yang mendasari berjalannya program kerja secara lancar. Tak hanya itu, adanya tantangan serta hambatan yang terjadi juga membuka potensi yang besar untuk kembali mengembangkan dan melanjutkan program kerja yang sudah dilaksanakan.
"Secara keseluruhan sudah bagus, tapi akan lebih baik jika diberi keberlanjutan untuk kedepannya" ungkap Pak Mujib, Kepala Dusun Pijetan dan salah satu peserta pelatihan. Harapan yang disampaikan oleh warga Desa Blayu ini, merupakan bentuk lain dari evaluasi serta saran yang tentunya tidak hanya menyukseskan tetapi juga menjadi pembelajaran untuk mendasari adanya pelaksanaan program-program kerja yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H