Mohon tunggu...
Kus Harijanti. drg. MKes. SpPM
Kus Harijanti. drg. MKes. SpPM Mohon Tunggu... Dokter Gigi Spesialis -

Dokter gigi kekhususan di bidang oral medicine (penyakit mulut). Alumni FKG Unair angkatan 1972

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rinduku pada Ayah Ibu

12 Desember 2017   21:14 Diperbarui: 13 Desember 2017   00:29 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku sudah berumah tangga dan tinggal di Surabaya dan ibuku masih sugeng - aku tidak tega dengan kata "hidup"  karena aku terbiasa memakai bahasa jawa kromo inggil dengan kedua orang tuaku- sering pulang ke kota dimana orang tuaku tinggal. Biasanya berangkat dari Surabaya jam 2 pagi dan sampai  di kota kelahiranku pada waktu subuh, kurang lebih hanya 3 jam. 

Pada saat itu Ibu baru pulang dari langgar dekat rumah dan menyambut kami --aku, suami dan anaku- dengan sangat suka cita. Kami memasuki rumah yang lapang dengan jendela yang lebar-lebar, udara  terasa segar menyapu wajah-wajah kami.

Aku masih berdiri terpaku dan memandangi rumah itu dengan segala sudutnya,  pohon mangga dengan pucuk daunnya yang hijau segar disebelah kanan rumah sekarang rata dengan tanah. Tanaman perdu dibawah jendela ruang tamu yang dulu aku sering pasaran dekat situ, pun sudah berganti tanaman. Didepan rumah sudah tidak ada lagi papan nama sebuah perusahaan Batik, tapi telah berganti dengan tulisan Taman Kanak-Kanak. 

Kuhela nafas panjang....sejenak rasa kehilangan  menyeruak ke relung dada. Rumah itu sekarang memang menjadi taman kanak-kanak sebuah lembaga sosial dimana bapak ibuku dulu menjadi aktivis. 

Satu persatu, melintas dalam alam fikiran bak sebuah film yang sedang tayang....... Pada saat itu sepertinya biasa saja aku menjalani, tapi semakin lama aku semakin  merasakan kasih sayang orang tuaku, yang telah mengajarkan kepadaku untuk mematuhi aturan agama, mencintai budaya Jawa serta menghargai orang lain.

Tahun demi tahun telah berlalu, sejuta peristiwa telah kualami, yang menyenangkan dan membahagiakan, yang mengecewakan dan menusuk perasaan. Ayah ibu sudah berpindah alam, kakak-kakaku sudah terpisah jarak denganku. Waktu yang berlari telah mengantar kesenjaku. Semakin kurasakan bahwa aku telah berhutang yang tak terbayarkan pada orang tuaku. Tak terasa pipiku telah basah dengan bening air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun