Kolaborasi Erick Thohir dan Ahok ini menjadi sebangun dengan teori sinergitas Peter Senge dalam bukunya The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization (1990) di mana untuk menghasilkan kualitas sinergi diperlukan suatu perilaku kerjasama yang merupakan konsekuensi dari semangat berkelompok atau kebersamaan yang kohesif. Semangat berkelompok ini menjadi produktif, bila anggota kelompok bersifat kritikal, karena mereka selalu mencari hal-hal yang baru dan inovatif. Bahkan, semangat berkelompok ini akan makin meningkat, bila anggota kelompok bekerja keras, tuntas, dan berorientasi pada kualitas, yang didukung oleh infrastruktur organisasi yang inovatif. Demikian juga sebuah relasi sinergisitas, umumnya didasari oleh sikap saling percaya, keteguhan meredam ego dan persamaan visi yang pada akhirnya ekuivalen dengan kerja sama atau kolaborasi. Apakah ini artinya Erick dan Ahok adalah persona-persona yang memiliki kesamaan sebagai pribadi yang saling percaya satu sama lain dan memiliki kesamaan visi misi dalam membenahi manajemen perusahaan negara yang diemban masing-masing?
Bagi kalangan yang pro penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, pasti berharap itu yang menjadi pendorong relasi kolaboratif keduanya, paling tidak hingga detik ini. Demikian juga asa bahwa keharmonisan kolaborasi Erick dan Ahok berlangsung hingga keduanya paripurna secara jabatan dan kapasitas masing-masing menggawangi amanah rakyat, membuat perusahaan-perusahaan negara bertransformasi menjadi korporasi yang manajemennya berjalan sangkil dan mangkus, alias mengelola setiap sumber daya manusia dan sumber daya alam Indonesia secara efektif dan efisien demi sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H