Mohon tunggu...
Jannes Lumbantoruan
Jannes Lumbantoruan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya AMATIRAN dan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Sala Mandasor Sega Luhutan"

19 Februari 2019   01:22 Diperbarui: 21 Februari 2019   15:31 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika musim panen tiba, maka tenaga kerja pemanen akan datang berduyun-duyun dari berbagai penjuru se-Sumatera Utara demi sesuap nasi hampir sebongkah berlian wow, wkwkwkwkkkk..

Namun sekarang sebagian besar  lahan persawahan padi beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Bisa dikatakan hampir 1/2 lahan persawahan tersebut berubah menjadi lahan sawit di 2 Kecamatan tersebut di atas. Walaupun demikian sebagian masyarakatnya masih bisa bersawah dan memanen padi setahun sekali. 

Jika bicara panen padi, petani tidak lagi 'mengimport' tenaga kerja pemanen dari berbagai penjuru seperti terdahulu karena belakangan ini mereka sudah memakai mesin tresher mini dan 2 tahun belakangan ini petani padi sudah memakai alat istilah di sisni "odong-odong" (bukan kendaraan khas pasar malam) tetapi tepatnya sejenis traktor Power Tresher. 

Gambar: Power Tresher (dari berbagai sumber)
Gambar: Power Tresher (dari berbagai sumber)
Jelas beda donk dengan di kampung halaman saya yang di Tapanuli sana. Para petani di sini bisa lebih efektif dan efisien dalam bekerja khususnya memanen padi.

Saya tidak lagi menemukan yang namanya luhutan sebab pemanen dan caranya sudah sangat berbeda. Jangankan saya anak para petani tersebut pun sudah tak tahu. Juga nilai-nilai tolong-menolong/ gotong-royong  ala manual secara perlahan semakin memudar pula.

Terlepas dari perkembangan teknologi, sebagai pendidik tentu ungkapan filosofi "SALA MANDASOR SEGA LUHUTAN" masih pantas untuk disampaikan. Terutama pada generasi milenial yang tiada hari tanpa gadget (medsos, video dan game)  riskan dengan pengaruh hedonisme maupun konsumerisme, sangat penting meletakkan pondasi yang benar untuk perkembangan mereka selanjutnya.

Demikian juga jika bicara dengan konteks yang lebih luas yaitu dengan masalah bangsa kita, mau jadi apa dan bagaimana bangsa dan negara kita ini ke depan? Tergantung dengan generasi kita yang betul-betul memiliki rasa cinta tanah air, mampu memposisikan Pancasila sebagai ideologi landasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bangsa yang kuat dan berdaulat tentunya ditandai oleh kahadiran warganya yang  berpendidikan dan berkarakter kuat. Jangan sampai salah meletakkan pondasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun