Hari ini, suami sedang mengantar keluarga Bapak Adi ke kota Malang, bertepatan juga dengan hari kedua tamu ku belum datang, kegiatan rutin tiap bulan semenjak aku menikah. Di relung hati yang paling dalam, ini harapan kami, hadirnya Si buah hati yang buat kami bahagia dan lengkap. Ketika di perjalanan pulang, aku mampir di apotek untuk membeli test pack onemed seharga 2500 rupiah.
Sesampai dirumah, aku langsung istirahat, tidak tahu kenapa semenjak telat datang bulan sekitar dua hari ini, aku merasa lelah, dan air liur selalu ingin keluar. Sambil bertanya dengan teman lewat dunia maya, kata dia, “jika memakai test pack setelah bangun tidur, biar akurat,”. Tanpa sadar aku juga megikuti saran dia, sambil menunggu suami pulang, aku lakukan rutinitas sebagai seorang istri dan menantu. Aku. tinggal di rumah mertua, tapi beda pintu masuk, seperti kami berbeda rumah, namun kegiatan, bersih- bersih rumah dan memasak semua kulakukan di rumah mertua.
Malam tiba, akhirnya suami pulang, “Mas, tadi aku sudah membeli test pact, kira – kira oleh Alloh, kita segera diberi amanah tidak, ya?” tanya ku pada suami. “insyaalloh, diberi,” jawab suami.
Sekitar pukul 03.00 aku terjaga, dan aku putuskan untuk berkomunikasi dengan Sang Khalik, sebelum masuk kamar mandi, aku mengambil test pact yang sudah aku beli tadi siang, “Bismillah, allahumma inni audzubika minal hubusyi wal khobaaist”, mungkin baru pertama kali aku pegang test pack, jadi agak bingung, sebelum kupakai, aku baca dulu kertas sampul benda tersebut. Aku keluar kamar mandi lagi, sebab mencari wadah kecil untuk menampung air seni ku, akhirnya kutemukan, seketika itu juga dengan perasaan deg – deg kan, ternyata strib nya naik naik, awal nya satu strib menjadi dua strib, meski agak tidak jelas strib yang terakhir. Aku langsung bangunkan suami, “alhamdulillah mas… aku positif…ini buktinya”, ucapku kepada suami. “ alhamdulillah…h..”, jawab suami.
Anugerah pertama ini aku sambut dengan kebahagiaan, baik kelak ketika lahir anak laki – laki atau perempuan, aku terima dengan bersyukur. Aku menyebut dia sebuah permata, titipan dari Alloh SWT. Permata pertamaku kujaga dengan sebaik mungkin, setiap bulan aku rutin periksa ke bidan, minum susu dua kali dalam sehari. Sebab banyak orang yang belum diberi amanah, mereka belum diberi kesempatan, sedangkan aku yang saat ini sudah diberi, aku berusaha untuk memenuhi kegiatan yang positif. Tidak tahu kenapa janin yang aku kandung ini sangat sensitive. Terbukti aku selalu baper, jika mendengar perkataan yang keras, aku langsung menangis, aku juga tidak suka mendengar orang ghibah. Sejak awal tri semester pertama aku selalu muntah jika mencium bau yang menyengat, parfum dan asap rokok. Janin yang aku kandung juga tidak suka nasi punten (nasi ketika memasak diberi santan kelapa). Hal – hal yang aku sebutkan diatas bertahan sampai aku melahirkan, jadi ketika mendekat benda dari salah satu nya, aku pasti muntah.
Aku dan suami selalu berusaha untuk positif thinking, berfikir yang baik, mengurangi untuk tidak nonton televisi, serta jarang jalan – jalan untuk refresing di tempat wisata, seingatku keluar rumah hanya untuk mengajar, jalan – jalan pagi, dan belanja sayur di warung terdekat. Sebagai orang tua masih pertama buat kami, kami berdua berhati – hati sekali, dengan niatan anak yang aku kandung menjadi anak yang sholeh jika laki – laki, menjadi sholehah jika perempuan.
Dengan seiring berjalannya waktu usia kandunganku hari ini masuk minggu ke -38, rasa sakit kontraksi palsu hampir sering dalam satu minggu ini. Persiapan mulai dari benda yang akan dibawa ketika persalinan, sudah aku masukkan ke dalam tas besar. Jarit tiga buah, baju ganti, dalaman juga, serta korset panjang untuk perut pasca lahiran. Tak lupa semua perlengkapan buat calon debay ku, juga sudah aku siapkan bersama suami. Selama hampir satu minggu ini aku tinggal di rumah orang tua ku sendiri, itu hasil keputusan ku bersama suami, lahiran pertama aku tinggal bersama dengan kedua orang tuaku, mungkin awal bagiku yang butuh belajar lebih nyaman bersama dengan ibu sendiri, daripada dengan mertua.
Hari ini, senin tanggal 10 November 2014 aku terbangun jam 03.30, ketika di kamar mandi aku kaget karena ada darah di celana dalamku, rasa kaget dan senang bercampur, karena permata pertamaku akan lahir, tapi ini hal pertama juga bagiku, bagaimana rasanya jika hidup matiku aku pertaruhkan demi calon anakku. Dengan bismillah aku bangunkan suamiku, “mas, kelihatanya aku mau melahirkan, aku sudah mengeluarkan darah setetes”, kataku pada dia. “ya dek, aku nunggu sholat shubuh, setelah itu kita kerumah bu bidan Endang” jawab dia, sambil kelihatan bingung. Aku ambil ponsel, ku ketik nomor kakak pertamaku, yang rumahnya dekat dengan orang tuaku, “mbak…temani aku ke bu bidan ya, ini kelihatanya, aku mau melahirkan,”. “ya tunggu sebentar, sekitar jam 05.00 ya, kamu masih kuatkan,?” tanya kakakku. “iya, mbak, aku masih kuat”, jawabku.
Tak berselang lama, kakakku sampai dirumah dan membawa satu botol kecil berisi air putih, “ini kamu minum, ini air rendaman rumput Fatimah”, kapan mbak kalau meminum?” tanyaku . “ya sekarang saja, semoga jalan lahir si debay cepat terbuka sempurna,”. Rumput fatimah atau Labisia pumila adalah sebuah tumbuhan berbunga dalam keluarga Primulaceae yang berasal dari Malaysia. Tumbuhan tersebut adalah tumbuhan kecil, berkayu dan berdaun dengan panjang daun 20 cm, dan banyak tumbuh di tanah hutan tropis. Dengan pikiran yang polos dan belum tahu apa – apa, aku beranjak pergi bersama suami dan kakakku, naik sepeda motor, ternyata sampai disana pintu gerbang rumah ibu bidan masih tertutup, dengan rasa sakit yang aku tahan, aku turun dari motor dan aku buat jalan – jalan. Ya sekitar hampir setengah jam, pintu gerbang baru dibuka. Aku dan suamiku langsung masuk di ruang periksa, ternyata masih pembukaan satu. Saya disuruh pulang dulu, disuruh makan banyak, dibuat jalan – jalan agar jalan lahir si debay, terbuka cepat.
Air putih yang dibawakan oleh kakakku aku minum sampai habis, oleh kakakku disuruh minum lagi hampir tiga botol, tapi kenapa rasa sakit nya semakin sakit dibagian perut yang bawah, dan rasanya dibuat jalan sakit, duduk sakit, mungkin sakit ini ciri aku bakalan melahirkan cepat, karena sakitnya teramat sakit, tidak bisa diungkapkan dengan kata – kata. Selain itu rasa letih, kontraksi palsu mengiringi satu hari ini, aku mencari sapu lidi yang agak pendek, aku mulai menyapu halaman rumah, katanya jika sering aktifitas jongkok, si debay cepet turun atau mapan di tempatnya. Disuruh makan juga sudah tidak enak, tidur juga tidak nyenyak, tapi kenapa darah yang tadi pagi keluar satu tetes kok tidak keluar lagi. Pikiran was was bertengger dibenak ku. “astagfirulloh”, mas nanti setelah sholat magrib kita ke bidan lagi ya?” sambil ku elus – elus perutku, dan di hati aku yakin, bahwa Alloh akan memberi kemudahan.
Sesampai dirumah bidan sekitar jam 19.00 WIB, setelah diperiksa, ternyata masih pembukaan satu. Aku ditanya sama bu Endang, “mbak, mau disini atau pulang lagi?”, dengan pertanyaan yang membuat aku bingung, karena sakitnya semakin kesini semakin sakit, dan air putih yang diberikan kakakku sudah hampir habis, tapi kok tidak ada tambah pembukaan, malah tambah sakit sekali kontraksinya. Aku disuruh istirahat ditempat persalinan, sakitnya bertambah, sekitar jam 22.30 WIB diperiksa lagi ternyata ada peningkatan buka tiga, sebelum keluar ibu bidan melihat aku minum air putih itu, beliau bertanya,”mbak, apa yang diminum?” aku jawab “air rumput Fatimah”, “ya sudah tidak apa – apa, nanti ini saya bawa keluar, mbak minum teh hangat saja ya”, “ya bu”, jawab ku. Sambil aku tetap menahan sakit, ditunggu ibu ku dan suami yang sejak tadi, tidak aku perbolehkan keluar kamar, alhamdulillah dia rela di tarik rambut dan bajunya, karena reaksi sakit yang tidak bisa aku tahan.